Ngaturaken ►►Namo Buddhaya Selamat Datang Welcome Sugeng Rawuh di Blog Sederhana ini_/|\_Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

18 January 2008

ATAS NAMA CINTA

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Suatu pagi seusai mandi, putri kecilku bernyanyi, dengan lidahnya yang sedikit cadel menghasilkan vokal yang artikulasinya kurang jelas. Meski sudah ratusan kali aku mendengar bahkan menyanyikan lagu itu, namun ketika lagu itu dinyanyikan oleh makhluk kecil yang sangat kucintai, tak urung hatiku tergetar menyimak lirik lagu itu. Sebuah lagu yang sangat sederhana, yang mungkin setiap anak Indonesia hafal dengan lagu itu. Siapapun yang menciptakan lagu itu pastilah orang yang sangat pandai berterima kasih terhadap jasa tak terhingga dari seorang ibu. Anakku mungkin tidak tahu apa arti lagu yang dinyanyikannya, tapi saat itu tiba-tiba aku seperti mendapat sebuah pencerahan kecil yang sangat berharga.

Lagu yang bertutur tentang cinta kasih dalam makna yang hakiki. Sosok seorang ibu adalah gambaran tentang cinta kasih sejati. Hanya memberi dan terus memberi, tanpa mengharap kembali. Mempertaruhkan nyawanya saat melahirkan si buah hati. Memberi semua yang terbaik untuknya, mengesampingkan kesenangan dirinya, dan selalu mengharapkan hanya yang terbaik yang terjadi pada diri putra-putrinya. Seorang ayah mungkin juga mempunyai cinta kasih yang besar terhadap putra-putrinya tetapi tentu saja tidak sedekat ikatan batin seorang ibu dan anaknya yang telah menyatu dalam satu tubuh tanpa terpisah sedetikpun selama + 280 hari dalam proses kandungan.

Seringkali kita sebagai manusia hanya pandai berkata-kata tanpa memahami makna dari kata yang kita ucapkan, seperti anak kecil, atau seperti burung beo yang pandai berbahasa inggris tanpa tahu apa yang diucapkannya. Sejak kecil kita sudah hafal artinya Metta adalah cinta kasih, Karuna adalah belas kasih atau kasih sayang, tapi benarkah kita sudah bisa memaknainya? Setiap hari kita mendengung-dengungkan tentang cinta kasih, kasih sayang, tetapi masih saja kita melukai hati orang lain, membuat celaka orang lain. Dunia masih penuh dengan kejahatan, pembunuhan massal dengan dalih-dalih agama masih terus berlangsung diberbagai belahan dunia. Benarkah kita punya cinta kasih?

Manusia menciptakan moment-moment tertentu untuk mengungkapkan cintanya pada sesuatu atau seseorang. Dalam tradisi Buddhis kita punya hari Metta setiap tanggal 1 Januari. Dalam kalender nasional kita punya hari-hari khusus untuk berterima kasih pada figur-figur tertentu seperti Hari Pahlawan, Hari Guru, Hari Ibu, Hari Buruh. Para remaja seluruh dunia, tanpa melihat agama tertentu, juga mengenal Hari Valentine. Dengan memberi sebungkus kado, sebatang coklat atau seikat bunga sekali setahun, apakah itu arti cinta kasih yang sesungguhnya? Yah, itu mungkin hanya salah satu cara untuk mengungkapkan cinta. Cinta yang sesungguhnya tidak hanya sekali setahun.

Berabad-abad lampau, Guru Agung Buddha Gotama juga telah mengajarkan satu kebajikan tertinggi yakni cinta kasih (Metta), disamping belas kasih (Karuna), perasaan simpati (Mudita) dan keseimbangan batin (Upekkha). Dalam agama Buddha memang tidak ada dogma, semuanya adalah anjuran. Semua perbuatan adalah tanggung jawab kita sendiri, baik akan menerima balasan yang baik, perbuatan buruk akan menghasilkan akibat yang buruk pula. Jika kita ingin dicintai makhluk lain, kita juga harus belajar untuk mencintai makhluk lain. Buddha mengajarkan agar setiap saat kita mengembangkan cinta kasih kepada semua makhluk di segenap arah.

Mata yatha niyam puttam, ayusa ekaputtamanurakkhe, evampi sabbabhutesu, manasambhavaye aparimanam
Sebagaimana seorang ibu mempertaruhkan jiwanya, melindungi putra tunggalnya, demikianlah terhadap semua makhluk, kembangkan pikiran cinta kasih tanpa batas (Karaniyametta Sutta)

Para pendahulu kita telah menyusun tata cara puja bhakti dengan alur berpikir yang sangat indah. Paritta-paritta yang kita baca dalam Puja Bhakti semuanya berintikan cinta kasih kepada semua makhluk. Buddha mengajarkan untuk tidak egois, berdoa hanya untuk diri sendiri. Sebelum memulai pembacaan Paritta-paritta kita terlebih dahulu memanjatkan Aradhana Devata agar para deva, yakkha, gandhabba dan naga juga ikut mendengarkan sabda Sang Buddha. Puja Bhakti selalu kita akhiri dengan mendoakan semua makhluk untuk selalu berbahagia seperti kita, melimpahkan jasa kebajikan kita kepada makhluk lain dengan Ettavata dan Pattidana.

Untuk itu, atas nama cinta, marilah kita setiap saat belajar menjadi orang yang penuh cinta. Tidak hanya berharap dicintai, tetapi juga belajar mencintai tanpa membuat batasan-batasan siapa saja yang perlu dicintai. Mencintai tanpa perlu mencari alasan-alasan kenapa kita harus mencintai. Mari kita saling mencintai karena kita adalah orang yang penuh cinta.

Sabbe satta sukhita hontu, niddukkha hontu, avera hontu, anigha hontu, abyapajjha hontu, sukhi attanam pariharantu

Semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari derita, bebas dari mendengki, bebas dari menyakiti, bebas dari derita jasmani dan batin, semoga mereka dapat menjalankan hidup dengan bahagia (Brahmaviharapharana)

No comments:

Popular Posts