Ngaturaken ►►Namo Buddhaya Selamat Datang Welcome Sugeng Rawuh di Blog Sederhana ini_/|\_Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

20 March 2009

Ulangan Harian Kelas XII

1. Sebutkan contoh-contoh pelaksanaan sila secara pasif!
2. Sebutkan contoh-contoh pelaksanaan sila secara aktif!
3. Jika anda mengalami problematika hidup, misalnya menjadi seorang korban
penganiayaan, apakah yang akan anda lakukan?
4. Apakah anda ingin menjadi Buddha? Usaha apakah yang anda lakukan?
5. Sebutkan contoh perbuatan yang mencerminkan pelaksanaan ikrar bodhisatva!

10 comments:

Anonymous said...

1.pelaksanaan sila secra pasif berarti menghindari perbuatan yang melanggar sila
misalnya menghindari pembunuhan mahluk hidup,menghindari perzinahan,menghindari mabuk-mabukan,dll

Anonymous said...

1. Pelaksanaan sila secara pasif, seperti yang tertera dalam pancasila buddhist(menghindari perbuatan jahat):

Pancasila berbunyi sebagai berikut:

1. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan (nilai kemanusiaan) guna mencapai samadi.
2. Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan (nilai keadilan)guna mencapai samadi.
3. Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila (berzinah, menggauli suami/istri orang lain, nilai keluarga)guna mencapai samadi.
4. Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar /berbohong, berdusta, fitnah, omongkosong (nilai kejujuran)guna mencapai samadi.
5. Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan (nilai pembebasan)guna mencapai samadi.

Anonymous said...

2. sebaliknya Pancadhamma bersifat aktif. Sifat aktif inilah yang membuat Pancadhamma sering disebut sebagai kalyanadhamma yang memuliakan seseorang yang mempraktekkannya dengan kesungguhan.

Kelima sifat mulia tersebut adalah sebagai berikut :
1. Metta-karuna, yaitu perasaan Cinta Kasih dan Welas Asih yang terwujud melalui suatu keinginan untuk membantu makhluk lain mencapai kebahagiaan seperti yang telah di alami oleh dirinya sendiri.
2. Samajivita, yaitu kesabaran dalam cara berpenghidupan benar. Perlu di tekankan di sini bahwa kesadaran ini merupakan suatu bantuan besar bagi pelaksanaan sila kedua. Dapatlah dikatakan bahwa hamper tidak mungkin seseorang dapat melatih sila yang kedua tanpa melatih dan mengembangkan kesabaran tersebut.
3. Santutthi, yaitu perasaan puas terhadap apa yang telah menjadi miliknya.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan sila ketiga, perasaan puas ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Sadarasantutthi, perasaan puas memilik satu istri.
Dengan perkataan lain, tidak meninggalkan istrinya pada waktu sehat maupun sakit, pada waktu muda maupun tua, dan tidak berusaha untuk pergi atau mencari wanita lain.
b. Pativatti, rasa setia kepada suami.
Rasa setia ini tidak terbatas pada waktu. Sekalipun suaminya telah meninggal dunia, ia lebih suka menjanda seumur hidupnya meskipun ia sebenarnya oleh tradisi dan hokum diperkenankan untuk menikah lagi.
4. Sacca, yaitu kejujuran yang diwujudkan sebagai keadilan, kemurnian, kesetiaan dan perasaan terima kasih
5. Satisampajanna, yaitu kesadaran dan pengertian benar. Dalam hubungannya dengan pelaksanaan sila, satisampajanna ini sering diartikan sebagai kewaspadaan. Kewaspadaan tersebut dapat di bagi menjadi empat macam :
a. Kewaspadaan dalam hal makanan
b. Kewaspadaan dalam hal pekerjaan
c. Kewaspadaan dalam hal bertingkah laku
d. Kewaspadaan terhadap hakikat hidup dan kehidupan


Namaste

Anonymous said...

4. Setiap orang yang ingin menjadi Buddha, harus memiliki tekad yang keras dan kuat melebihi intan (baja masih termasuk lunak), mereka yang bercita-cita ingin menjadi Seorang Buddha harus mengulangi tekadnya terus-menerus untuk jangka waktu yang "teramat panjang" tak terhitung dalam tahun, hitungannya dalam kappa (kalpa, skr). Pertama kali seorang calon Bodhisatta (baru calon), harus meneguhkan tekad selama enam belas asankheyya kappa dan seratus ribu kappa asankheyya kappa yaitu jumlah maha-kappa yang tidak terhitung, bedakan pengertian asankheyya menurut Buddhavamsa dengan asankheyya menurut bagian lain dari Sutta-pitaka yang merupakan jumlah seperempat maha-kappa) dan terbagi dalam dua periode, yaitu:

Periode bertekad dengan pikiran yang merupakan periode awal seorang calon Bodhisatta, pada periode ini calon Bodhisatta melakukan perbuatan-perbuatan berjasa dan tekadnya masih dipendam dalam pikiran dan ini dilakukan selama sembilan asankheyya kappa dan seratus ribu kappa, periode ini disebut periode mano-panidana-kala yang dimulai ketika Bodhisatta hidup di jaman Sang Buddha Brahma-Deva, pada waktu itu beliau hidup sebagai raja, dan menterinya pada waktu itu adalah calon Buddha Metteyya. Inilah awal tekad Boddhisatta yang dilakukan dengan pikiran.

Periode bertekad dengan pikiran dan perkataan, pada periode kedua ini tekad yang disampaikan seorang calon Bodhisatta tidak hanya disimpan dalam pikiran, tetapi juga diucapkan, dan ini dilakukan selama 7 asankheyya kappa dan seratus ribu Kappa. Periode ini disebut dengan periode vaci-panidana-kala, pada periode ini Bodhisatta sering mengutarakan tekadnya untuk suatu ketika menjadi Samma-Sambuddha. Ia bertekad pada Jaman Sang Buddha Purana-Gotama, pada waktu itu ia juga hidup sebagai seorang raja. Pada masa ini calon Bodhisatta bertekad bahwa apabila kelak Ia menjadi Buddha, ia juga mendapatkan nama Gotama.

Setelah melewati periode bertekad dengan pikiran dan ucapan, maka calon Bodhisatta terlahir sebagai anak hartawan yang kaya luar biasa, tetapi Bodhisatta mendanakan seluruh harta kekayaan warisannya kepada masyarakat lalu Beliau menjadi pertapa. Pada waktu itu Sang Buddha Dipankara muncul di dunia, calon Bodhisatta yang bernama Sumedha mendapatkan penetapan dari Sang Buddha Dipankara yang disebut Niyata-Vivarana, setelah mendapat penetapan dimulailah Periode bertekad dengan pikiran, ucapan dan perbuatan yang disebut periode kaya panidana kala, pada periode ketiga ini Boddhisatta banyak melakukan perbuatan jasa yang disertai dengan perbuatan dan telah mendapatkan penetapan sebagai Bodhisatta yaitu calon Samma-sambuddha.

Sekarang saya belum ada keinginan menjadi Buddha. Keinginan saya sekarang dalam segi spritual adalah. Kalau bisa, mengurangi pandangan yang sesat. Meningkatkan pelaksanaan sila, memperlajari pengetahuan apa saja sebanyak mungkin, bisa sukses dalam berusaha hidup damai dan mencintai sesama manusia. Menjadi Buddha sangat sangat teramat susah. Saya sadar itu, jangankan mendekati, mendapatkan niatnya saja belum ada. Tapi, saya berusaha melihat apa yang diajarkan Buddha tentang hidup, terutama duka. Membuat saya lebih kuat, lebih mandiri, lebih punya pegangan bila menghadapi suatu hal atau kejadian, yang tidak masuk akal sekalipun.

Semoga suatu hari, entah di kehidupan ini atau kehidupan kehidupan yang lain keinginan itu datang.

Anonymous said...

2.melaksanakan sila secara aktif berarti selain menghindari juga ikut mencegah pelanggaran sila,misalnya dengan mencegah orang lain untuk orang lain untuk melekukan pembunuhan,pencurian ,mabuk-mabukan dan perzinahan.juga melaksanakan dan mengajarkan dhamma yang di ajarkan oleh sang budha,seperti:
1.Metta-karuna, yaitu perasaan Cinta Kasih dan Welas Asih
2.Santutthi, yaitu perasaan puas terhadap apa yang telah menjadi miliknya.
3.Samajivita, yaitu kesabaran dalam cara berpenghidupan benar
4.Sacca, yaitu kejujuran yang diwujudkan sebagai keadilan, kemurnian, kesetiaan dan perasaan terima kasih
5.Satisampajanna, yaitu kesadaran dan pengertian benar. Dalam hubungannya dengan pelaksanaan sila, satisampajanna ini sering diartikan sebagai kewaspadaan. Kewaspadaan tersebut dapat di bagi menjadi empat macam :
a. Kewaspadaan dalam hal makanan
b. Kewaspadaan dalam hal pekerjaan
c. Kewaspadaan dalam hal bertingkah laku
d. Kewaspadaan terhadap hakikat hidup dan kehidupan

Anonymous said...

4.Buddha itu sesuatu yang tidak terlalu sulit dan dapat dicapai oleh setiap orang, bahkan kita adalah calon Buddha. Mereka yang berpendapat seperti ini, menganggap bahwa setiap makhluk pada akhirnya harus menjadi Buddha untuk mencapai Nibbana. Mereka mendewa-dewakan Sang Buddha dan akhirnya membuat posisi Sang Buddha sejajar dengan para dewa

Setiap orang yang ingin menjadi Buddha, harus memiliki tekad yang keras dan kuat melebihi intan (baja masih termasuk lunak), mereka yang bercita-cita ingin menjadi Seorang Buddha harus mengulangi tekadnya terus-menerus untuk jangka waktu yang "teramat panjang" tak terhitung dalam tahun, hitungannya dalam kappa (kalpa, skr). Pertama kali seorang calon Bodhisatta (baru calon), harus meneguhkan tekad selama enam belas asankheyya kappa dan seratus ribu kappa asankheyya kappa yaitu jumlah maha-kappa yang tidak terhitung, bedakan pengertian asankheyya menurut Buddhavamsa dengan asankheyya menurut bagian lain dari Sutta-pitaka yang merupakan jumlah seperempat maha-kappa) dan terbagi dalam dua periode, yaitu:

Periode bertekad dengan pikiran yang merupakan periode awal seorang calon Bodhisatta, pada periode ini calon Bodhisatta melakukan perbuatan-perbuatan berjasa dan tekadnya masih dipendam dalam pikiran dan ini dilakukan selama sembilan asankheyya kappa dan seratus ribu kappa, periode ini disebut periode mano-panidana-kala yang dimulai ketika Bodhisatta hidup di jaman Sang Buddha Brahma-Deva, pada waktu itu beliau hidup sebagai raja, dan menterinya pada waktu itu adalah calon Buddha Metteyya. Inilah awal tekad Boddhisatta yang dilakukan dengan pikiran.

Periode bertekad dengan pikiran dan perkataan, pada periode kedua ini tekad yang disampaikan seorang calon Bodhisatta tidak hanya disimpan dalam pikiran, tetapi juga diucapkan, dan ini dilakukan selama 7 asankheyya kappa dan seratus ribu Kappa. Periode ini disebut dengan periode vaci-panidana-kala, pada periode ini Bodhisatta sering mengutarakan tekadnya untuk suatu ketika menjadi Samma-Sambuddha. Ia bertekad pada Jaman Sang Buddha Purana-Gotama, pada waktu itu ia juga hidup sebagai seorang raja. Pada masa ini calon Bodhisatta bertekad bahwa apabila kelak Ia menjadi Buddha, ia juga mendapatkan nama Gotama.

Setelah melewati periode bertekad dengan pikiran dan ucapan, maka calon Bodhisatta terlahir sebagai anak hartawan yang kaya luar biasa, tetapi Bodhisatta mendanakan seluruh harta kekayaan warisannya kepada masyarakat lalu Beliau menjadi pertapa. Pada waktu itu Sang Buddha Dipankara muncul di dunia, calon Bodhisatta yang bernama Sumedha mendapatkan penetapan dari Sang Buddha Dipankara yang disebut Niyata-Vivarana, setelah mendapat penetapan dimulailah Periode bertekad dengan pikiran, ucapan dan perbuatan yang disebut periode kaya panidana kala, pada periode ketiga ini Boddhisatta banyak melakukan perbuatan jasa yang disertai dengan perbuatan dan telah mendapatkan penetapan sebagai Bodhisatta yaitu calon Samma-sambuddha.

Tetapi ada delapan kondisi yang harus dipenuhi bagi seorang calon Bodhisatta, untuk mendapatkan penetapan dari seorang Samma-Sambuddha, yaitu:

1. Calon Bodhisatta harus terlahir sebagai seorang manusia

2. Calon Bodhisatta harus seorang laki-laki

3. Calon Bodhisatta harus seorang tihetuka patisandhi puggala (yaitu orang yang terlahir dengan tidak disertai akar lobha, dosa dan moha), dan ia memiliki kemampuan untuk mencapai Arahat dalam kehidupan itu juga, bila ia menginginkan.

4. Calon Boddhisatta harus bertemu bertatapan muka dengan seorang Samma-sambuddha

5. Calon Bodhisatta pada saat itu harus seorang bhikkhu atau pertapa.

6. Calon Bodhisatta harus memiliki Jhana dan Abhinna atau kekuatan gaib yang berasal dari konsentrasi (Attha-samapatti jhana-Labbi)

7. Calon Boddhisatta harus siap mengorbankan dirinya untuk kepentingan Buddha Dhamma. Hal ini terbukti ketika pertapa Sumedha memasang tubuhnya untuk menutupi lubang jalan yang belum selesai ditutupi ketika Sang Buddha Dipankara akan lewat.

8. Ia harus memiliki tekad yang kuat, walaupun ia tahu bahwa ia akan sangat menderita di alam apaya untuk mencapai cita-citanya.

Setelah mendapatkan Niyata-Vivarana, seorang Bodhisatta mendapatkan lima keuntungan, yaitu:

1. Ia tidak akan terlahir cacat

2. Ia tak akan terlahir di Neraka

3. Bila terlahir sebagai hewan, ukurannya tak akan lebih besar daripada seekor gajah, dan tak akan lebih kecil dari ukuran burung puyuh.

4. Bila terlahir di alam peta, ia hanya akan terlahir sebagai paradatu-pajivika peta, yaitu peta yang dapat menerima pemberian dari sembahyang dan sebagainya.

5. Ia tak akan terlahir sebagai wanita atau waria.

Ada tiga macam Samma-sambuddha yang dicapai sesuai dengan waktu pencapaiannya dihitung dari sejak ia mendapatkan penetapan Niyata-Vivarana: Untuk Bodhisatta yang menonjol kebijaksanaannya hanya diperlukan waktu selama 4 asankheyya kappa dan seratus ribu kappa untuk menyelesaikan paramitanya, dan disebut pannadhika Buddha

Untuk Bodhisatta yang menonjol dalam cinta kasih diperlukan waktu selama 8 asankheyya kappa dan seratus ribu kappa, dan disebut Saddhadhika Buddha.

Dan bagi Bodhisatta yang menonjol semangatnya maka diperlukan waktu selama 16 asankheyya dan seratus ribu kappa untuk menyelesaikan paramitanya, dan disebut Viriyadhika Buddha.

Setelah Bodhisatta menyelesaikan periode ketiga ini, maka Bodhisatta tersebut akan mencapai Samma-Sambuddha.

Berapakah lamanya satu kappa?

Ada empat macam kappa yang dikenal dalam Kitab Suci Tipitaka, yaitu: Ayu kappa: ialah kappa yang berkenaan dengan umur rata-rata manusia, pada jaman Sang Buddha Gotama umur rata-rata manusia adalah 100 tahun. Antara kappa: ialah kappa selang, yaitu selang waktu antara umur manusia rata-rata 10 tahun, kemudian naik menjadi tak terhitung (bisa jutaan atau milyaran tahun), kemudian turun lagi hingga menjadi 10 tahun lagi. Maha kappa: ialah satu siklus dunia yaitu lamanya siklus pembentukan bumi, hancur dan terbentuk kembali. Waktunya lebih lama dari yang diperlukan untuk mengusap habis sebuah batu cadas yang utuh padat, dan mulus dengan kain sutra yang halus setiap seratus tahun sekali. Atau waktu yang diperlukan untuk menghabiskan biji mustard yang disusun rapi berjumlah satu mil kubik dan diambil satu butir setiap seratus tahun sekali jumlahnya lebih dari trilyunan. Asankheyya kappa: ada dua interpretasi asankheyya kappa, yaitu, Asankheyya kappa yang merupakan 1 bagian dari empat bagian siklus dunia (seperempat Maha kappa). Dan Asankheyya kappa yang merupakan jumlah dari mahakappa-mahakappa tak terhitung, seperti yang tertulis dalam Buddha Vamsa.

Adakah jalan singkat menjadi Buddha?

Ada sebagian orang yang berpandangan salah, dengan beranggapan bahwa keselamatan, jodoh, rejeki, bahkan surga dan Nibbana bisa dicapai dengan doa dan pembacaan paritta-paritta suci, atau menyebut-nyebut nama seseorang hingga sekian kali. Alangkah mudahnya.... Kepercayaan yang mirip-mirip ini parahnya adalah membakar kertas jimat dengan tulisan tertentu, lalu direndam dalam air kemudian meminum airnya. Bila hal seperti itu ada manfaatnya, maka segala sesuatu di dunia mungkin hanya diselesaikan dengan cara seperti itu, sehingga tak perlu lagi usaha, bila kita perlu sesuatu tinggal berdoa atau membakar kertas jimat. Terlalu indah untuk dikhayalkan bukan? Kenyataannya memang demikian, banyak orang yang suka bermimpi indah walaupun bersifat khayal semata. Juga banyak pemimpin dengan bermodalkan khayalan indah sengaja menipu pengikutnya dengan menawarkan jalan keselamatan bila dibaptis menjadi pengikutnya.

Apakah ilmuwan dapat menjadi ahli tanpa belajar, cukup hanya dengan doa dan bakar buku pelajaran di sekolah dan kemudian minum airnya? Bila hanya untuk mendapatkan selembar kertas gelar mungkin masih bisa didapat dengan uang, bahkan gelar S3, tetapi bagaimana dengan ilmunya?

Dapatkah pemain tenis lapangan profesional menjadi ahli begitu saja? Mungkinkah tidur di lapangan tenis supaya menjadi pintar? atau mungkin minta disembur air oleh pelatih, supaya ilmunya menular? Kembali ke pertanyaan di atas, adakah jalan singkat menjadi Buddha? Pertanyaan ini mungkin harus dijawab dengan pertanyaan serupa, adakah jalan singkat memanah empat tiang sebesar lidi di empat sudut berbeda sekaligus hanya dengan sekali memanah? Tentu tidak mungkin dipelajari dalam waktu singkat, sesudah kita matipun pasti belum bisa memanah setepat itu bahkan tak akan bisa dicapai hanya dalam satu atau dua kehidupan. Tahukah anda bahwa untuk mempelajari ilmu memanah seperti itu hingga mahir jauh lebih mudah daripada melatih diri untuk menjadi seorang Samma-Sambuddha. Sesuai dengan kata-kata Sang Buddha sendiri dalam Majjhima Nikaya, bahwa dalam Dhamma yang beliau ajarkan tak ada yang seketika, semuanya melalui proses berulang-ulang bagai ombak di lautan yang memecah pantai.

Bisakah semua orang menjadi Buddha?

Banyak orang yang beranggapan bahwa setiap orang bisa menjadi Buddha, karena setiap orang memiliki benih Buddha dan otomatis akan menjadi Buddha. Jawaban atas persoalan di atas bisa menjadi kontradiktif, yaitu jawabannya bisa ya dan juga bisa tidak. Bila yang dimaksud Buddha adalah semua jenis Buddha, maka jawabannya adalah ya. Tetapi bila yang dimaksud dengan Buddha adalah Samma-Sambuddha, seperti Sang Buddha Gotama maka jawabannya adalah tidak. Mungkin banyak di antara para pembaca sekalian yang telah mengenal bahwa ada tiga jenis Buddha yang telah disebutkan di atas, yaitu :

1. Sammasambuddha, yaitu ke-Buddha-an yang dicapai dengan usaha sendiri dan mampu mengajarkan kepada makhluk lain.

2. Pacceka Buddha, yaitu ke-Buddha-an yang dicapai dengan usaha sendiri, tetapi tak dapat mengajarkan kepada mahkluk lain.

3. Savaka Buddha, yaitu ke-Buddha-an yang dicapai berkat ajaran Sammasambuddha, dan mereka mungkin bisa mengajar dan mungkin juga tak bisa mengajar.

Setiap orang akan menjadi salah satu di antara ketiga macam Buddha ini, tetapi untuk menjadi Sammasambuddha tidak setiap orang sanggup, karena demikian sulit, sebenarnya paramita yang harus dilaksanakan paramita yang sama, tetapi jumlahnya jauh lebih besar, sehingga waktu yang diperlukan juga relatif jauh lebih lama. Sang Buddha pernah mengatakan bahwa perjuangan menyempurnakan paramita dalam usaha Beliau menjadi Sammasambuddha sangat menyakitkan dan kadang-kadang menimbulkan rasa frustrasi.

Kapankah seorang Samma Sambuddha muncul?

Seorang Sammasambuddha akan muncul bila umur rata-rata manusia tidak lebih dari 100.000 tahun dan tidak kurang dari 100 tahun, mengapa? Karena bila umur manusia lebih dari 100.000 tahun maka kematian sangat jarang terjadi, sebab moral manusia masih cukup tinggi dan dengan demikian manusia pada jaman itu sangat sulit untuk melihat Anicca, Dukkha, dan Anatta yang harus disadari, untuk membawa kemajuan dalam meditasi. Bila umur manusia kurang dari 100 tahun maka kekotoran batin manusia sudah sangat tebal sehingga sulit bagi mereka menembus empat kesunyataan mulia. Seorang Sammasambuddha hanya muncul pada waktu umur manusia rata-rata menunjukkan penurunan, karena penurunan usia rata-rata manusia juga sejalan dengan penurunan kualitas moral.

Anonymous said...

3.bila saya menjadi seorang korban penganiayaan,yah mungkin itu karena karma saya di kehidupan yang lampau.dalam menghadapi problematika hidup saya selalu berkomitmen bahwa apa yang saya alami sekarang,mungkin adalah buah dari kamma di masa lampau yang bisa saya lakukan di kehidupan kali ini adalah menebus dan memperbaikinya,saya akan melakukan segala kebajikan agar dapat mendapat kamma yang baik di kehidupan mendatang.

Anonymous said...

5. 1. Bertekad menerangi diri sendiri dan orang lain;
2. Bertekad membangkitkan semangat untuk menyadarkan semua makhluk hidup;
3. Bertekad membantu semua makhluk hidup agar dapat terlaksana semua keinginan mereka, dan tak satupun keinginan yang tak tercapai;
4. Bertekad membantu semua makhluk hidup agar dapat membangkitkan semangat altruistis untuk membantu sesama makhluk hidup;
5. Bertekad menyadarkan semua makhluk hidup agar dapat melaksanakan kewajiban Brahmana dan berpegang teguh pada Tiga kelompok sila
6. Bertekad membantu semua makhluk hidup sehingga memiliki akar Bohdi yang kuat.
7. Bertekad membantu semua makhluk hidup terbebas dari segala macam siksaan penyakit, sehingga dapat berhasil mencapai tingkat Anuttara Bodhi.
8. Bertekad membantu semua makhluk hidup agar dapat terlahir kembali sebagai makhluk sejenis maskulin
9. Bertekad membantu semua makhluk hidup terbebas dari gangguan dan belenggu ajaran sesat para mara, membebaskan mereka dari pikiran sesat dan membimbing mereka pada jalan yang benar.
10. Bertekad membantu semua makhluk hidup terhindar dari mara bahaya yang disebabkan oleh perampokkan, pencurian dan lain-lain.
11. Bertekad membantu semua makhluk hidup agar terhindar dari kesulitan makananan dan minuman.
12. Bertekad membantu semua makhluk hidup agar terhindar dari kesulitan pakaian.

contohnya:
ikrar pertama adalah inkantansi yang paling penting untuk melatih/melaksanakan ajaran dan ilmu Yidam/Satyadewata Bhaisajya-guru. Dan tugas utama Bodhisattva ini adalah menyembuhkan segala macam penyakit. Caranya adalah dengan menyembuhkan diri sendiri terlebih dahulu, kemudian meluas pada usaha membantu orang lain terbebas dari siksaan penyakit.

Anonymous said...

3. Jika saya menjadi korban penganiayaan, saya akan berusaha keluar dari problematika tersebut. Berusaha, kuat, tegar, dan tidak putus asa, dan jangan takut membela diri kita sendiri, pastinya kita akan segera keluar dari masalah tersebut. Dengan menyadari bahwa apa yang kita alami saat ini adalah buah dari perbuatan kita di masa lampau. Saya akan berusaha menjadi manusia susila, menjalankan hidup dengan lebih bijak lagi, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan buddha dharma.

Anonymous said...

untuk soal yang satu ini,saya sependapat dengan saudari niluh:
1. Bertekad menerangi diri sendiri dan orang lain;
2. Bertekad membangkitkan semangat untuk menyadarkan semua makhluk hidup;
3. Bertekad membantu semua makhluk hidup agar dapat terlaksana semua keinginan mereka, dan tak satupun keinginan yang tak tercapai;
4. Bertekad membantu semua makhluk hidup agar dapat membangkitkan semangat altruistis untuk membantu sesama makhluk hidup;
5. Bertekad menyadarkan semua makhluk hidup agar dapat melaksanakan kewajiban Brahmana dan berpegang teguh pada Tiga kelompok sila
6. Bertekad membantu semua makhluk hidup sehingga memiliki akar Bohdi yang kuat.
7. Bertekad membantu semua makhluk hidup terbebas dari segala macam siksaan penyakit, sehingga dapat berhasil mencapai tingkat Anuttara Bodhi.
8. Bertekad membantu semua makhluk hidup agar dapat terlahir kembali sebagai makhluk sejenis maskulin
9. Bertekad membantu semua makhluk hidup terbebas dari gangguan dan belenggu ajaran sesat para mara, membebaskan mereka dari pikiran sesat dan membimbing mereka pada jalan yang benar.
10. Bertekad membantu semua makhluk hidup terhindar dari mara bahaya yang disebabkan oleh perampokkan, pencurian dan lain-lain.
11. Bertekad membantu semua makhluk hidup agar terhindar dari kesulitan makananan dan minuman.
12. Bertekad membantu semua makhluk hidup agar terhindar dari kesulitan pakaian.

contohnya:
ikrar pertama adalah inkantansi yang paling penting untuk melatih/melaksanakan ajaran dan ilmu Yidam/Satyadewata Bhaisajya-guru. Dan tugas utama Bodhisattva ini adalah menyembuhkan segala macam penyakit. Caranya adalah dengan menyembuhkan diri sendiri terlebih dahulu, kemudian meluas pada usaha membantu orang lain terbebas dari siksaan penyakit.

Popular Posts