Ngaturaken ►►Namo Buddhaya Selamat Datang Welcome Sugeng Rawuh di Blog Sederhana ini_/|\_Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

27 September 2007

Jambiku Sayangg....

Belum genap empat tahun aku tinggal di Jambi, negeri asing yang harus kutinggali karena panggilan tugas dari negara yang menghendaki aku mengabdikan ilmu yang kutimba di sebuah sekolah tinggi agama Buddha, aku tlah mulai jatuh sayang pada Jambi. Awalnya memang ada rasa sedih, kecewa dan sakit hati karena proses penerimaan CPNS yang menurutku 'tidak fair'. Tapi, berkat dukungan dari teman-teman dan saudara akhirnya aku berangkat juga ke negeri pinang masak ini.
Kesan pertama, panasssssss......, itulah yang kurasakan. Karena aku asli orang gunung yang biasa tinggal di lingkungan bersuhu 20an kebawah tiba-tiba disergap panasnya kota jambi yang terasa menggigit kulit, ditambah lagi serangan nyamuk-nyamuk yang alangkah ganasnya....cukup membuatku frustrasi di minggu-minggu pertama menjadi warga Jambi.
seiring berjalan waktu, akhirnya aku mulai terbiasa. Dan, seperti kata orang, jika sudah terminum air sungai Batanghari maka kita akan kerasan tinggal di Jambi. Memang betul, akhirnya lama-lama aku betah juga. Makin kenal makin sayang... Apalagi tata kota Jambi tidak berbeda jauh dengan Temanggung, kota kelahiranku, mungkin karena Jambi pernah dipimpin oleh Bapak Maschun Sofyan yang asal Temanggung.
Tapi, ada hal yang cukup menggelitik rasa sayangku pada Jambi. Aku merasa heran sekaligus kesal setiap kali masuk lorong-lorong yang ada di kota Jambi ini. Masalahnya, orang Jambi hobi banget bikin polisi tidur....
Aku tinggal di sebuah perumahan guru yang menurutku cukup memprihatinkan karena selain jalannya belum diaspal (dua minggu belakangan baru ditimbun tanah merah) yang selalu becek kalau hujan, dipinggir-pinggirnya juga masih banyak semak-semak yang tingginya satu meter.... uhhh serasa tinggal di hutan. Dan satu lagi, soal polisi tidur.. Setiap hari aku lewat di sebuah lorong yang cuma beberapa ratus meter (gak nyampe sekilo) tapi jumlah polisi tidurnya ada tujuh ekorr... bayangin aja betapa ribetnya setiap sebentar kita harus ngerem, trus oper gigi sebanyak tujuh kali sekali jalan. Mending kalau hanya sekali, sedangkan aku harus lewat jalan itu minimal empat kali sehari... huhhhhh capee dehhh.
So...., what can i do? Yaah.., sebagai rakyat jelata aku hanya bisa mengeluh sekaligus mengumpat dalam hati soal yang satu itu. Tapi aku yakin, bukan hanya aku yang merasa kesal dengan fasilitas gratis yang ada di jalan umum itu.
Jambiku sayang....

2 comments:

Anonymous said...

hehehe...kciaaan deh Lu kepanasan. Tapi itulah tuntutan tugas. So,..enjoy everything all. Good Luck

Anonymous said...

Hehehe.. klo liburan jalan2 aja ke Bukittinggi,.. itu Kota Terindah yang pernah saya tempati (dulunya sehh...).

Popular Posts