Ngaturaken ►►Namo Buddhaya Selamat Datang Welcome Sugeng Rawuh di Blog Sederhana ini_/|\_Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

27 October 2011

Pelaksanaan Sila-sila Pancasila Dasar Negara R I dalam Agama Buddha

Umat Buddha Indonesia sebagai bagian dari masyarakat bangsa Indonesia berkewajiban melaksanakan Pancasila dasar negara Republik Indonesia. Dengan berpedoman pada Dhamma dan Vinaya yang telah diajarkan oleh Buddha Gotama, tujuan hidup umat Buddha untuk mencapai kebahagiaan/kesejahteraan jasmani dan rohani dapat tercapai. Setiap sila dalam Pancasila harus dimaknai dan dilaksanakan oleh seluruh rakyat Indonesia, termasuk umat Buddha. Pelaksanaan sila-sila Pancasila dalam agama Buddha adalah sebagai berikut:
1.    Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Umat Buddha Indonesia memiliki keyakinan (saddha) dan ketaqwaan (bhakti) terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran tentang hal tersebut terdapat dalam Kitab Udana VIII:3 yang berbunyi: “Para Bhikkhu, ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak. Para Bhikkhu, bila tidak ada tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelam, tidak tercipta, yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan sebab yang lalu.”

2.    Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
Pengamalan sila kedua adalah dengan pengembangan sifat-sifat luhur (Brahma vihara), yaitu:
-          Cinta kasih (Metta), yaitu sikap batin yang mengharapkan kebahagiaan dan kesejahteraan semua makhluk.
-          Belas kasihan (Karuna), yaitu sikap batin yang timbul saat melihat penderitaan makhluk lain.
-          Rasa simpati (Mudita), adalah bentuk perasaan ikut berbahagia atas kebahagiaan makhluk lain.
-          Keseimbangan batin (Upekkha), adalah sikap batin yang seimbang dalam segala hal. Tidak merasa sombong saat dipuji, tidak merasa sedih saat dicela.
Pengembangan Brahma Vihara ini didasarkan atas keyakinan  bahwa semua makhluk sama hak dan kewajibannya, sebagaimana diajarkan oleh Buddha dalam Samyutta Nikaya 1:75): “Bila kita mengarungi dunia dengan pikiran, maka kita menemukan bahwa diri sendirilah yang paling kita cintai. Karena tidak ada lain yang dicintai oleh seseorang selain dirinya sendiri, maka perhatikan dan hormatilah orang lain seperti kamu mencintai dirimu sendiri.”

3.    Sila Persatuan Indonesia
Sehubungan dengan persatuan dan kesatuan, Buddha bersabda dalam Khuddaka Nikaya, Cariyapitaka 33.595: ”Dengan melihat bahwa pertengkaran dan rasa aman yang timbul dari sikap menghindari pertengkaran, hendaklah seseorang bersikap menunjang persatuan dan kesatuan kelompok. Inilah ajaran Buddha.” Selain itu juga dalam Dhammapada 194 yang berbunyi: “Berbahagialah mereka yang dapat bersatu, berbahagialah mereka yang dapat tetap dalam persatuan.”

4.    Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Dalam Digha Nikaya, Mahaparinibbana Sutta, Buddha bersabda:
”Ananda, apakah engkau mendengar bahwa kaum Vajji sering mengadakan permusyawarahan dan adakah permusyawarahan mereka itu cukup banyak pesertanya?”
“Bhante, demikianlah yang saya dengar bahwa kaum Vajji sering mengadakan permusyawarahan, permusyawarahan mereka cukup banyak pesertanya.”
“Ananda, selama kaum Vajji sering mengadakan permusyawarahan dan permusyawarahan mereka cukup banyak pesertanya, maka dapatlah diharapkan perkembangan mereka, dan bukan keruntuhan.”

5.    Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pelaksanaan keadilan sosial dalam agama Buddha adalah dengan melaksanakan ajaran Buddha yang terdapat dalam Sigalovada Sutta yaitu tentang kewajiban timbal balik antara anak dengan orang tua, suami dan istri, guru dan siswa, teman dan sahabat, majikan dan pekerja, bhikkhu dan umat.
Dengan lima cara seorang anak memperlakukan orang tuanya sebagai arah timur:
-          Dulu aku dipelihara oleh mereka, sekarnag aku akan menunjang mereka
-          Aku akan melakukan kewajibanku sebagai anak yang berbakti
-          Aku akan menjaga dengan baik kehormatan keluargaku
-          Aku akan menjaga warisanku dengan baik
-          Aku akan melakukan pelimpahan jasa dengan baik kepada sanak keluargaku yang telah meninggal
Dengan lima cara orang tua menunjukkan kecintaan kepada anaknya:
-          Mencegah anaknya berbuat kejahatan
-          Menganjurkan anaknya melakukan kebajikan
-          Memberikan pendidikan yang sesuai dengan anaknya
-          Memberikan pasangan yang sesuai untuk anaknya
-          Jika tiba saatnya, menyerahkan warisan kepada anaknya
Dengan lima cara seorang murid memperlakukan gurunya sebagai arah selatan:
-          Bangun dari tempat duduknya (sebagai penghormatan)
-          Melayani gurunya
-          Bertekad keras untuk belajar
-          Memberikan jasa kepadanya
-          Memperhatikan dengan baik sewaktu diberikan pelajaran
Dengan lima cara seorang guru mencintai muridnya:
-          Melatih muridnya dengan baik sesuai dengan keahlian yang dimiliki
-          Membuat muridnya menguasai pelajaran yang diberikan
-          Mengajarkan secara mendalam semua ilmu pengetahuan yang dikuasainya
-          Berbicara baik tentang muridnya kepada sahabat dan relasinya
-          Menjaga muridnya dari segala segi
Dengan lima cara seorang suami memperlakukan istrinya sebagai arah barat:
-          Memperhatikan kebutuhan istrinya
-          Bersikap lemah lembut
-          Setia kepada istrinya
-          Memberikan kekuasaan tertentu kepada istrinya
-          Memberikan perhiasan kepada istrinya
Dengan lima cara seorang istri mencintai suaminya:
-          Melakukan tugasnya dengan baik
-          Bersikap ramah kepada keluarga dari kedua belah pihak
-          Setia kepada suaminya
-          Menjaga dengan baik barang yang diberikan suaminya
-          Pandai dan rajin mengurus rumah tangga
Dengan lima cara seseorang harus memperlakukan sahabat dan relasinya sebagai arah utara:
-          Bermurah hati kepada mereka
-          Ramah tamah kepada mereka
-          Berbuat baik kepada mereka
-          Menjamu mereka seperti menjamu diri sendiri
-          Menepati janji kepada mereka
Dengan lima cara sahabat dan relasi akan mencintainya:
-          Mereka melindunginya jika ia tidak siaga
-          Mereka menjaga harta bendanya jika ia tidak siaga
-          Mereka melindunginya jika ia dalam keadaan bahaya
-          Mereka tidak akan meninggalkannya jika ia tertimpa kesusahan
-          Mereka akan senantiasa menghormatinya
Dengan lima cara seorang majikan memperlakukan pelayan dan buruhnya sebagai arah bawah:
-          Memberi mereka pekerjaan yang sesuai kemampuannya
-          Memberikan makanan dan upah yang sesuai
-          Memberi perawatan di waktu sakit
-          Membagikan mereka makanan yang enak pada waktu-waktu tertentu
-          Memberi mereka libur pada waktu-waktu tertentu
Dengan lima cara seorang pelayan dan buruh mencintai majikannya:
-          Bangun lebih pagi dari majikannya
-          Tidur setelah manjikan mereka tidur
-          Berterima kasih atas perlakuan yang mereka terima
-          Bekerja dengan baik
-          Memuji majikannya dimanapun
Dengan lima cara umat biasa memperlakukan para pertapa dan brahmana sebagai arah atas:
-          Dengan perbuatan cinta kasih
-          Dengan ucapan yang ramah tamah
-          Dengan pikiran yang penuh cinta kasih
-          Dengan selalu membukakan pintu untuk mereka
-          Dengan mencukupi kebutuhan hidup mereka
Dengan enam cara para pertapa dan brahmana mencintai umatnya:
-          Mencegah mereka berbuat kejahatan
-          Menganjurkan mereka berbuat kebajikan
-          Mencintai mereka dengan pikiran cinta kasih
-          Mengajarkan ajaran yang belum pernah mereka dengar
-          Memperbaiki dan menjelaskan ajaran yang pernah mereka dengar
-          Menunjukkan jalan ke surga

Dasapunnakiriyavatthu


Dasapunnakiriyavatthu berasal dari kata Dasa, Punnakiriya, dan Vatthu. Dasa artinya sepuluh. Punna kiriya artinya jasa atau berbuat kebajikan. Dan Vatthu artinya perihal atau  cara. Jadi, Dasapunnakiriyavatthu artinya sepuluh cara untuk berbuat kebajikan/jasa. Dasapunnakiriyavatthu ini disebut juga Dasa Kusala-Kamma. Sepuluh cara tersebut adalah:

1.        Dana
Dana artinya beramal, murah hati,  membantu orang, memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan keperluannya tanpa pamrih. Jasa yang diperoleh dari berdana ini disebut Danamaya.

Dalam Dasapunnakiriyavatthu, Dana berada dalam posisi pertama, hal ini karena berdana adalah perbuatan baik yang paling mudah dilakukan. Semua orang boleh melakukan kebajikan ini, dari anak kecil sampai orang tua. Dalam Kathina Puja juga tidak ada batasan tentang siapa saja yang boleh berdana. Kalaupun ada pengaturan, biasanya lebih ditujukan untuk efisiensi dan efektivitas pelaksanaan puja, misalnya untuk anak-anak TK dan SD dilaksanakan secara terpisah agar tidak kacau.

Dana yang diberikan pada Kathina Puja adalah empat kebutuhan pokok Sangha, yaitu jubah, makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal. Namun dalam pelaksanaannya, keempat macam dana ini dapat diberikan dalam bentuk lain, misalnya uang tunai atau cek. Hal ini seiring dengan perkembangan jaman, dan tentu saja akan lebih memudahkan bagi Sangha untuk mengelolanya, karena uang sifatnya lebih fleksibel, dapat digunakan sesuai kebutuhan Sangha.

Tentang dana yang baik, seperti diterangkan dalam Sappurisa Dana 8, yaitu:
a.   Sucim deti, artinya berdana barang yang bersih (halal), yang benar-benar merupakan hasil jerih payah sendiri, bukan hasil curian atau hasil perbuatan yang tidak baik.
b.   Panitam deti, artinya berdana barang yang baik, yaitu barang yang masih bermanfaat bagi penerimanya. Jangan berdana barang yang telah rusak atau busuk.
c.    kalena deti, yaitu berdana barang yang tepat dengan kondisinya. Jika yang dibutuhkan oleh seseorang atau suatu daerah adalah makanan, maka jangan berdana buku pelajaran. Tidak memberikan dana yang tidak bermanfaat, misalnya memberikan sisir dan alat-alat kecantikan untuk para bhikkhu.
d.    Kappiyam deti, artinya berdana barang yang layak. Misalnya jika ingin berdana sandal atau alas kaki untuk bhikkhu, maka berikanlah yang sederhana tetapi nyaman dipakai, tidak perlu memberikan sandal yang mewah berlapis emas berlian, karena hal ini tidak pantas dilakukan terhadap para bhikkhu yang sudah meninggalkan keduniawian.
e.     Vicceya deti, artinya berdana barang dengan bijaksana, melihat siapa yang kita berikan dana, apakah itu berguna baginya atau malah membuatnya malas. Berdana kepada pengemis yang jelas kelihatan sehat badannya, selain melanggar Perda, juga termasuk dana yang tidak bijaksana.
f.   Abhinham deti, artinya berdana barang secara tetap, misalnya menjadi penyokong vihara, panti asuhan, dll.
g.   Dadam cittam pasa deti, artinya berdana dengan pikiran yang tenang, tidak mengharapkan pamrih yang justru menimbulkan kegelisahan pikiran jika ternyata apa yang diharapkan tidak sesuai keinginan.
h.  Datva attamano hoti, artinya setelah berdana batin merasa tenang. Melihat orang yang menerima berbahagia maka batin kita juga ikut berbahagia.

Perbuatan baik berdana akan memberikan jasa atau pahala dalam kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Manfaat dalam kehidupan sekarang adalah: kita dapat meringankan beban orang lain, melatih kemurahan hati, mengurangi sifat lobha, menghilangkan sifat kikir, dan meningkatkan sifat-sifat luhur, akan disenangi dan mempunyai banyak teman yang kelak dapat menolong disaat kita sedang susah. Selain itu, dalam Siha Sutta Pancakanipata, Buddha membabarkan beberapa pahala dari berdana yang dapat diperoleh dalam kehidupan sekarang ini juga, yaitu: menjadi kecintaan orang banyak, dijadikan sahabat oleh para bijak, kemahsyurannya tersebar luas, dan tidak merasa canggung memasuki kalangan apapun.

Manfaat berdana dalam kehidupan yang akan datang adalah bahwa orang yang suka berdana akan terlahir di alam surga, terlahir dalam keluarga kaya raya, berkah usia panjang (ayu), berwajah tampan/cantik (vanno), selalu berbahagia (sukha), dan kuat (bala).
-          Ayuvadhako: usia bertambah
-          Dhanavadhako: kekayaan bertambah
-          Sirivadhako: kemakmuran bertambah
-          Yasavadhako: kemahsyuran bertambah
-          Balavadhako: kekuatan bertambah
-          Vannavadhako: kecantikan/ketampanan bertambah

Dalam Mahapadayi Sutta, Buddha bersabda: merekan yang berdana:
-          sesuatu yang disenangi, akan memperoleh sesuatu yang disenang
-          sesuatu yang terunggul, akan memperoleh sesuatu yang terunggul
-          sesuatu yang terbaik, akan memperoleh sesuatu yang terbaik
-          sesuatu yang mulia, akan memperoleh sesuatu yang mulia

Berdasarkan sutta-sutta tersebut, dapat dikatakan bahwa dana senantiasa memberikan pahala yang setimpal kepada siapa yang melakukannya. Oleh karena itu jika kita berdana, mestinya tidak perlu mengharapkan pahala-pahala tertentu, karena sudah otomatis diatur oleh Niyama sesuai dengan cetana, wujud dana, dan kepada siapa dana diberikan. Dalam hal ini berdana tidak sama dengan prinsip ekonomi yaitu dengan modal sekecil-kecilnya menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Jadi nilai suatu dana tidak dapat dilihat dan diukur hanya dari besarnya harga barang yang dipersembahkan, banyak faktor lain yang menentukan, misalnya: pengertian benar, keyakinan yang teguh/mantap, kehendak (cetana) yang tulus, keikhlasan, dsb.

2.        Sila
Sila artinya melakukan perbuatan, ucapan, dan penghidupan yang benar. Ukuran yang diperlukan dalam pelaksanaan sila adalah tidak merugikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri, baik melalui pikiran, ucapan, maupun perbuatan badan jasmani. Jasa yang diperoleh dari pelaksanaan sila disebut Silamaya.

Pada saat kita mengikuti puja bhakti, khususnya Kathina Puja, kita juga telah melaksanakan sila, karena begitu kita memasuki Dharmasala, maka pikiran kita akan terkonsentrasi pada Tiratana. Ucapan kita juga terjaga, kita hanya mengucapkan bait-bait paritta suci. Dan kita juga tidak mungkin melakukan perbuatan-perbuatan tercela dalam vihara. Yang kita lakukan adalah perbuatan baik seperti melakukan Puja, berdana, bermeditasi, dll.


3.        Bhavana
Bhavana artinya pengembangan batin, yaitu upaya untuk membersihkan pikiran dan mengembangkan sikap selalu sadar. Bhavana dikenal juga sebagai meditasi atau samadhi. Jasa dari pelaksanaan bhavana disebut Bhavanamaya. Bhavana ada dua macam, yaitu Samatha Bhavana dan Vipassana Bhavana. Samatha Bhavana merupakan meditasi untuk ketenangan batin dengan mengambil salah satu objek dari 40 Kamatthana. Sedangkan Vipassana bhavana adalah meditasi untuk mencapai pandangan terang. Objek Vipassana Bhavana adalah nama dan rupa atau batin dan jasmani, disebut juga Pancakkhandha.

Dalam setiap pelaksanaan Puja, termasuk Kathina Puja, kita juga akan melakukan bhavana (meditasi). Meditasi ini juga berguna untuk mengatur kondisi pikiran kita agar ‘siap’ untuk berdana. Artinya kita mempersiapkan kehendak (cetana) dalam berdana. Sebagaimana dijelaskan oleh Buddha, bahwa perbuatan baik seperti berdana akan bernilai sempurna jika dilakukan dengan tiga cetana yang baik, yaitu Pubba cetana (kehendak/pikiran sebelum melakukan dana), Munca cetana (pikiran pada saat menyerahkan dana), dan Apara-para cetana (kondisi pikiran setelah berdana). Jika dana dilakukan dengan tiga cetana yang baik, gembira, dan penuh keyakinan, maka dana yang diberikan juga akan bernilai baik.

4.        Apacayana
Apacayana  artinya sifat rendah hati, tidak sombong, serta menghormat kepada yang pantas dihormati. Jasa dari perbuatan baik ini disebut dengan Apacayanamaya. Sifat menghormat selain mendatangkan jasa bagi kita, juga dapat membuat orang lain merasa senang, hal ini juga berguna untuk melatih kerendahan hati dan mengikis sifat sombong.

Setiap kita memasuki vihara, kemudian masuk ke Dharmasala, kita akan melakukan Namaskara (bersujud dengan lima titik menyentuh lantai). Tujuan dari Namaskara adalah untuk menghormat pada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Pada saat kita menghormat, kepala kita yang biasanya terletak paling atas dan paling terhormat dalam tubuh, kita tundukkan sampai menyentuh lantai yang biasa kita pijak, artinya kita melepaskan seluruh kesombongan kita dan mengisi batin kita dengan sifat rendah hati.

5.        Veyyavacca
Veyyavaca  artinya berbakti serta bersemangat dalam melakukan hal-hal yang patut dilakukan. Berbakti dalam hal ini adalah kepada nusa dan bangsa, agama, sangha, keluarga, masyarakat, sekolah, dll. Jasa yang diperoleh dari perbuatan baik ini disebut Veyyavaccamaya.

Veyyavacca ini dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya menjadi panitia hari raya di vihara. Pada perayaan Kathina biasanya dilakukan banyak kegiatan, selain Kathina Dana, juga ada pindapatta, siripada puja, dll. Semua kegiatan itu membutuhkan tenaga banyak orang, dan itu menjadi kesempatan kita untuk berbuat kebajikan.

6.        Pattidana
Pattidana  artinya  membagi kebahagiaan dengan orang lain, tidak mementingkan diri sendiri. Pattidana memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbuat dan ikut menikmati hasil dari suatu perbuatan baik.  Kita harus memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbuat baik karena orang lainpun ingin melakukan perbuatan baik. Tidak memberi kesempatan pada orang lain berarti kita serakah terhadap perbuatan baik dan secara tidak langsung mengharap diri sendiri bahagia dan orang lain celaka. Oleh karena itu, jika kita berbuat baik, jangan lupa untuk mengajak orang lain berbuat baik juga. Jasa dari Pattidana ini disebut Pattidanamaya.

Setelah penyerahan Kathina Dana, kita biasanya melakukan Pattidana yaitu dengan pembacaan paritta Pattidana disertai penuangan air. Hal ini untuk mengingatkan kita bahwa hendaknya jasa dari perbuatan kita tidak kita nikmati sendiri, kita bagi dengan makhluk lain, saudara-saudara kita yang telah meninggal, dll.

7.        Pattanumodana
Pattanumodana artinya  bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain, tidak merasa iri hati, sikap menerima dan bergembira dalam ikut menikmati hasil perbuatan baik orang lain. Dasar dari pelaksanaan Pattanumodana adalah rasa simpati (mudita). Dengan Pattanumodana ini kita dapat belajar menghargai hasil karya orang lain, tidak benci dan iri terhadap hasil kerja orang lain, dan meneladani perbuatan baik orang lain. Jasa dari perbuatan baik ini disebut Pattanumodanamaya.

Pada Kathina Puja, dana yang diberikan oleh umat berbeda-beda. Ada yang hanya mampu berdana 10.000, 20.000, ada juga yang berdana jutaan, bahkan milyaran. Bagi kita yang hanya mampu berdana puluhan ribu, hendaknya tidak timbul rasa iri dan pikiran yang tidak baik terhadap mereka yang berdana lebih banyak, yang perlu kita kembangkan adalah sifat mudita, yaitu ikut merasa senang terhadap perbuatan baik orang lain. Akan lebih baik lagi jika kita bertekad dan berusaha agar kita juga mampu berdana seperti mereka di kemudian hari. Lagipula nilai suatu dana tidak berdasarkan besar kecilnya nominal barang/uang, tetapi lebih pada faktor batin (pikiran).

8.        Dhammasavana
Dhammasavana  artinya  mempelajari dan sering mendengarkan Dhamma. Dalam setiap puja, kita akan mendapat kesempatan mendengarkan Dhamma yang dibabarkan oleh para bhikkhu. Manfaat dari mendengarkan Dhamma adalah kita menjadi mengerti dan kemudian bisa menjelaskannya kepada orang lain. Manfaat utama dari mendengarkan Dhamma secara bersungguh-sungguh ada lima, yaitu: dapat mendengar hal-hal yang belum pernah didengar sebelumnya, jika telah mendengar sebelumnya akan lebih mengerti, dapat menghilangkan keragu-raguan, dapat memberikan pengertian benar, dan dapat membuat pikiran orang yang mendengarkan Dhamma menjadi tenang dan bahagia. Jasa dari perbuatan baik ini disebut Dhammasavanamaya.

9.        Dhammadesana
Dhammadesana artinya  menyebarkan atau membabarkan Dhamma. Tujuan utama dari Dhammadesana adalah memberikan pengertian benar, baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang mendengarkan Dhammadesana kita. Ada empat faktor yang harus dipenuhi untuk menjamin keberhasilan dalam menguraikan Dhamma, yaitu: waktu yang tepat, usia pendengar, tempat yang sesuai, dan suasana yang tepat. Jasa dari perbuatan baik ini disebut Dhammadesanamaya.

Dhammadesana tidak hanya dapat dilakukan oleh para bhikkhu. Kita juga dapat membabarkan Dhamma dengan cara-cara yang sederhana, misalnya memberi tahu kapan dan dimana ada perayaan Kathina, mengajak teman atau saudara untuk ikut berdana waktu ada bhikkhu pindapatta, dll.

10.    Ditthajukamma
Ditthajukamma  artinya  berpandangan hidup yang benar. Jasa perbuatan baik ini diperoleh dengan meluruskan pandangan yang salah. Jika seseorang terjerat oleh pengertian salah, maka dalam 10 kelahiran berikutnya karma buruknya tidak akan habis, sehingga kita perlu memberikan pengertian benar dengan harapan agar terlepas dari pandangan salah.

Dengan banyak mempelajari Dhamma, mendengarkan Dhammadesana yang disampaikan dalam setiap puja bhakti, kita akan memiliki pengertian yang benar. Jika semua itu terus dilakukan disertai dengan perenungan, analisa yang mendalam dengan meditasi, maka kita akan terbebas dari pandangan salah (miccha ditthi).

Popular Posts