Ngaturaken ►►Namo Buddhaya Selamat Datang Welcome Sugeng Rawuh di Blog Sederhana ini_/|\_Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

27 October 2011

Dasapunnakiriyavatthu


Dasapunnakiriyavatthu berasal dari kata Dasa, Punnakiriya, dan Vatthu. Dasa artinya sepuluh. Punna kiriya artinya jasa atau berbuat kebajikan. Dan Vatthu artinya perihal atau  cara. Jadi, Dasapunnakiriyavatthu artinya sepuluh cara untuk berbuat kebajikan/jasa. Dasapunnakiriyavatthu ini disebut juga Dasa Kusala-Kamma. Sepuluh cara tersebut adalah:

1.        Dana
Dana artinya beramal, murah hati,  membantu orang, memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan keperluannya tanpa pamrih. Jasa yang diperoleh dari berdana ini disebut Danamaya.

Dalam Dasapunnakiriyavatthu, Dana berada dalam posisi pertama, hal ini karena berdana adalah perbuatan baik yang paling mudah dilakukan. Semua orang boleh melakukan kebajikan ini, dari anak kecil sampai orang tua. Dalam Kathina Puja juga tidak ada batasan tentang siapa saja yang boleh berdana. Kalaupun ada pengaturan, biasanya lebih ditujukan untuk efisiensi dan efektivitas pelaksanaan puja, misalnya untuk anak-anak TK dan SD dilaksanakan secara terpisah agar tidak kacau.

Dana yang diberikan pada Kathina Puja adalah empat kebutuhan pokok Sangha, yaitu jubah, makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal. Namun dalam pelaksanaannya, keempat macam dana ini dapat diberikan dalam bentuk lain, misalnya uang tunai atau cek. Hal ini seiring dengan perkembangan jaman, dan tentu saja akan lebih memudahkan bagi Sangha untuk mengelolanya, karena uang sifatnya lebih fleksibel, dapat digunakan sesuai kebutuhan Sangha.

Tentang dana yang baik, seperti diterangkan dalam Sappurisa Dana 8, yaitu:
a.   Sucim deti, artinya berdana barang yang bersih (halal), yang benar-benar merupakan hasil jerih payah sendiri, bukan hasil curian atau hasil perbuatan yang tidak baik.
b.   Panitam deti, artinya berdana barang yang baik, yaitu barang yang masih bermanfaat bagi penerimanya. Jangan berdana barang yang telah rusak atau busuk.
c.    kalena deti, yaitu berdana barang yang tepat dengan kondisinya. Jika yang dibutuhkan oleh seseorang atau suatu daerah adalah makanan, maka jangan berdana buku pelajaran. Tidak memberikan dana yang tidak bermanfaat, misalnya memberikan sisir dan alat-alat kecantikan untuk para bhikkhu.
d.    Kappiyam deti, artinya berdana barang yang layak. Misalnya jika ingin berdana sandal atau alas kaki untuk bhikkhu, maka berikanlah yang sederhana tetapi nyaman dipakai, tidak perlu memberikan sandal yang mewah berlapis emas berlian, karena hal ini tidak pantas dilakukan terhadap para bhikkhu yang sudah meninggalkan keduniawian.
e.     Vicceya deti, artinya berdana barang dengan bijaksana, melihat siapa yang kita berikan dana, apakah itu berguna baginya atau malah membuatnya malas. Berdana kepada pengemis yang jelas kelihatan sehat badannya, selain melanggar Perda, juga termasuk dana yang tidak bijaksana.
f.   Abhinham deti, artinya berdana barang secara tetap, misalnya menjadi penyokong vihara, panti asuhan, dll.
g.   Dadam cittam pasa deti, artinya berdana dengan pikiran yang tenang, tidak mengharapkan pamrih yang justru menimbulkan kegelisahan pikiran jika ternyata apa yang diharapkan tidak sesuai keinginan.
h.  Datva attamano hoti, artinya setelah berdana batin merasa tenang. Melihat orang yang menerima berbahagia maka batin kita juga ikut berbahagia.

Perbuatan baik berdana akan memberikan jasa atau pahala dalam kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Manfaat dalam kehidupan sekarang adalah: kita dapat meringankan beban orang lain, melatih kemurahan hati, mengurangi sifat lobha, menghilangkan sifat kikir, dan meningkatkan sifat-sifat luhur, akan disenangi dan mempunyai banyak teman yang kelak dapat menolong disaat kita sedang susah. Selain itu, dalam Siha Sutta Pancakanipata, Buddha membabarkan beberapa pahala dari berdana yang dapat diperoleh dalam kehidupan sekarang ini juga, yaitu: menjadi kecintaan orang banyak, dijadikan sahabat oleh para bijak, kemahsyurannya tersebar luas, dan tidak merasa canggung memasuki kalangan apapun.

Manfaat berdana dalam kehidupan yang akan datang adalah bahwa orang yang suka berdana akan terlahir di alam surga, terlahir dalam keluarga kaya raya, berkah usia panjang (ayu), berwajah tampan/cantik (vanno), selalu berbahagia (sukha), dan kuat (bala).
-          Ayuvadhako: usia bertambah
-          Dhanavadhako: kekayaan bertambah
-          Sirivadhako: kemakmuran bertambah
-          Yasavadhako: kemahsyuran bertambah
-          Balavadhako: kekuatan bertambah
-          Vannavadhako: kecantikan/ketampanan bertambah

Dalam Mahapadayi Sutta, Buddha bersabda: merekan yang berdana:
-          sesuatu yang disenangi, akan memperoleh sesuatu yang disenang
-          sesuatu yang terunggul, akan memperoleh sesuatu yang terunggul
-          sesuatu yang terbaik, akan memperoleh sesuatu yang terbaik
-          sesuatu yang mulia, akan memperoleh sesuatu yang mulia

Berdasarkan sutta-sutta tersebut, dapat dikatakan bahwa dana senantiasa memberikan pahala yang setimpal kepada siapa yang melakukannya. Oleh karena itu jika kita berdana, mestinya tidak perlu mengharapkan pahala-pahala tertentu, karena sudah otomatis diatur oleh Niyama sesuai dengan cetana, wujud dana, dan kepada siapa dana diberikan. Dalam hal ini berdana tidak sama dengan prinsip ekonomi yaitu dengan modal sekecil-kecilnya menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Jadi nilai suatu dana tidak dapat dilihat dan diukur hanya dari besarnya harga barang yang dipersembahkan, banyak faktor lain yang menentukan, misalnya: pengertian benar, keyakinan yang teguh/mantap, kehendak (cetana) yang tulus, keikhlasan, dsb.

2.        Sila
Sila artinya melakukan perbuatan, ucapan, dan penghidupan yang benar. Ukuran yang diperlukan dalam pelaksanaan sila adalah tidak merugikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri, baik melalui pikiran, ucapan, maupun perbuatan badan jasmani. Jasa yang diperoleh dari pelaksanaan sila disebut Silamaya.

Pada saat kita mengikuti puja bhakti, khususnya Kathina Puja, kita juga telah melaksanakan sila, karena begitu kita memasuki Dharmasala, maka pikiran kita akan terkonsentrasi pada Tiratana. Ucapan kita juga terjaga, kita hanya mengucapkan bait-bait paritta suci. Dan kita juga tidak mungkin melakukan perbuatan-perbuatan tercela dalam vihara. Yang kita lakukan adalah perbuatan baik seperti melakukan Puja, berdana, bermeditasi, dll.


3.        Bhavana
Bhavana artinya pengembangan batin, yaitu upaya untuk membersihkan pikiran dan mengembangkan sikap selalu sadar. Bhavana dikenal juga sebagai meditasi atau samadhi. Jasa dari pelaksanaan bhavana disebut Bhavanamaya. Bhavana ada dua macam, yaitu Samatha Bhavana dan Vipassana Bhavana. Samatha Bhavana merupakan meditasi untuk ketenangan batin dengan mengambil salah satu objek dari 40 Kamatthana. Sedangkan Vipassana bhavana adalah meditasi untuk mencapai pandangan terang. Objek Vipassana Bhavana adalah nama dan rupa atau batin dan jasmani, disebut juga Pancakkhandha.

Dalam setiap pelaksanaan Puja, termasuk Kathina Puja, kita juga akan melakukan bhavana (meditasi). Meditasi ini juga berguna untuk mengatur kondisi pikiran kita agar ‘siap’ untuk berdana. Artinya kita mempersiapkan kehendak (cetana) dalam berdana. Sebagaimana dijelaskan oleh Buddha, bahwa perbuatan baik seperti berdana akan bernilai sempurna jika dilakukan dengan tiga cetana yang baik, yaitu Pubba cetana (kehendak/pikiran sebelum melakukan dana), Munca cetana (pikiran pada saat menyerahkan dana), dan Apara-para cetana (kondisi pikiran setelah berdana). Jika dana dilakukan dengan tiga cetana yang baik, gembira, dan penuh keyakinan, maka dana yang diberikan juga akan bernilai baik.

4.        Apacayana
Apacayana  artinya sifat rendah hati, tidak sombong, serta menghormat kepada yang pantas dihormati. Jasa dari perbuatan baik ini disebut dengan Apacayanamaya. Sifat menghormat selain mendatangkan jasa bagi kita, juga dapat membuat orang lain merasa senang, hal ini juga berguna untuk melatih kerendahan hati dan mengikis sifat sombong.

Setiap kita memasuki vihara, kemudian masuk ke Dharmasala, kita akan melakukan Namaskara (bersujud dengan lima titik menyentuh lantai). Tujuan dari Namaskara adalah untuk menghormat pada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Pada saat kita menghormat, kepala kita yang biasanya terletak paling atas dan paling terhormat dalam tubuh, kita tundukkan sampai menyentuh lantai yang biasa kita pijak, artinya kita melepaskan seluruh kesombongan kita dan mengisi batin kita dengan sifat rendah hati.

5.        Veyyavacca
Veyyavaca  artinya berbakti serta bersemangat dalam melakukan hal-hal yang patut dilakukan. Berbakti dalam hal ini adalah kepada nusa dan bangsa, agama, sangha, keluarga, masyarakat, sekolah, dll. Jasa yang diperoleh dari perbuatan baik ini disebut Veyyavaccamaya.

Veyyavacca ini dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya menjadi panitia hari raya di vihara. Pada perayaan Kathina biasanya dilakukan banyak kegiatan, selain Kathina Dana, juga ada pindapatta, siripada puja, dll. Semua kegiatan itu membutuhkan tenaga banyak orang, dan itu menjadi kesempatan kita untuk berbuat kebajikan.

6.        Pattidana
Pattidana  artinya  membagi kebahagiaan dengan orang lain, tidak mementingkan diri sendiri. Pattidana memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbuat dan ikut menikmati hasil dari suatu perbuatan baik.  Kita harus memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbuat baik karena orang lainpun ingin melakukan perbuatan baik. Tidak memberi kesempatan pada orang lain berarti kita serakah terhadap perbuatan baik dan secara tidak langsung mengharap diri sendiri bahagia dan orang lain celaka. Oleh karena itu, jika kita berbuat baik, jangan lupa untuk mengajak orang lain berbuat baik juga. Jasa dari Pattidana ini disebut Pattidanamaya.

Setelah penyerahan Kathina Dana, kita biasanya melakukan Pattidana yaitu dengan pembacaan paritta Pattidana disertai penuangan air. Hal ini untuk mengingatkan kita bahwa hendaknya jasa dari perbuatan kita tidak kita nikmati sendiri, kita bagi dengan makhluk lain, saudara-saudara kita yang telah meninggal, dll.

7.        Pattanumodana
Pattanumodana artinya  bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain, tidak merasa iri hati, sikap menerima dan bergembira dalam ikut menikmati hasil perbuatan baik orang lain. Dasar dari pelaksanaan Pattanumodana adalah rasa simpati (mudita). Dengan Pattanumodana ini kita dapat belajar menghargai hasil karya orang lain, tidak benci dan iri terhadap hasil kerja orang lain, dan meneladani perbuatan baik orang lain. Jasa dari perbuatan baik ini disebut Pattanumodanamaya.

Pada Kathina Puja, dana yang diberikan oleh umat berbeda-beda. Ada yang hanya mampu berdana 10.000, 20.000, ada juga yang berdana jutaan, bahkan milyaran. Bagi kita yang hanya mampu berdana puluhan ribu, hendaknya tidak timbul rasa iri dan pikiran yang tidak baik terhadap mereka yang berdana lebih banyak, yang perlu kita kembangkan adalah sifat mudita, yaitu ikut merasa senang terhadap perbuatan baik orang lain. Akan lebih baik lagi jika kita bertekad dan berusaha agar kita juga mampu berdana seperti mereka di kemudian hari. Lagipula nilai suatu dana tidak berdasarkan besar kecilnya nominal barang/uang, tetapi lebih pada faktor batin (pikiran).

8.        Dhammasavana
Dhammasavana  artinya  mempelajari dan sering mendengarkan Dhamma. Dalam setiap puja, kita akan mendapat kesempatan mendengarkan Dhamma yang dibabarkan oleh para bhikkhu. Manfaat dari mendengarkan Dhamma adalah kita menjadi mengerti dan kemudian bisa menjelaskannya kepada orang lain. Manfaat utama dari mendengarkan Dhamma secara bersungguh-sungguh ada lima, yaitu: dapat mendengar hal-hal yang belum pernah didengar sebelumnya, jika telah mendengar sebelumnya akan lebih mengerti, dapat menghilangkan keragu-raguan, dapat memberikan pengertian benar, dan dapat membuat pikiran orang yang mendengarkan Dhamma menjadi tenang dan bahagia. Jasa dari perbuatan baik ini disebut Dhammasavanamaya.

9.        Dhammadesana
Dhammadesana artinya  menyebarkan atau membabarkan Dhamma. Tujuan utama dari Dhammadesana adalah memberikan pengertian benar, baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang mendengarkan Dhammadesana kita. Ada empat faktor yang harus dipenuhi untuk menjamin keberhasilan dalam menguraikan Dhamma, yaitu: waktu yang tepat, usia pendengar, tempat yang sesuai, dan suasana yang tepat. Jasa dari perbuatan baik ini disebut Dhammadesanamaya.

Dhammadesana tidak hanya dapat dilakukan oleh para bhikkhu. Kita juga dapat membabarkan Dhamma dengan cara-cara yang sederhana, misalnya memberi tahu kapan dan dimana ada perayaan Kathina, mengajak teman atau saudara untuk ikut berdana waktu ada bhikkhu pindapatta, dll.

10.    Ditthajukamma
Ditthajukamma  artinya  berpandangan hidup yang benar. Jasa perbuatan baik ini diperoleh dengan meluruskan pandangan yang salah. Jika seseorang terjerat oleh pengertian salah, maka dalam 10 kelahiran berikutnya karma buruknya tidak akan habis, sehingga kita perlu memberikan pengertian benar dengan harapan agar terlepas dari pandangan salah.

Dengan banyak mempelajari Dhamma, mendengarkan Dhammadesana yang disampaikan dalam setiap puja bhakti, kita akan memiliki pengertian yang benar. Jika semua itu terus dilakukan disertai dengan perenungan, analisa yang mendalam dengan meditasi, maka kita akan terbebas dari pandangan salah (miccha ditthi).

No comments:

Popular Posts