Purnama tlah berlalu, namun gema Waisak masih berkumandang. Kemeriahan perayaan dalam berbagai bentuk akan terus berlangsung selama bulan Waisak. Ada Puja Bhakti, Dharmasanti, atau anjangsana (silaturahmi) kerumah-rumah umat Buddha.
Tahun ke-7 di Kota Jambi, memberiku suasana yang berbeda dan merasakan 'lebaran' yang sesungguhnya. Dari kecil hingga dewasa, lebaran yang kukenal adalah Idul Fitri-nya umat Islam. Walaupun tanpa mengikuti ibadah puasa, di rumah kami juga ada kue-kue lebaran, ketupat dan opor ayam saat lebaran tiba. Berada dalam keluarga besar, apalagi saudara ibuku yang lain beragama Islam, rumah kami pasti selalu dikunjungi. Tapi ketika hari Waisak tiba, dirumah kami tidak ada perayaan lebaran, karena semua aktivitas dilakukan di Candi Borobudur (sekarang candi Sewu) pada hari H, dan setelah itu ada perayaan (Dharmasanti) di vihara yang diikuti dengan makan bersama.
Waisak kini, selain Puja Bhakti di vihara,guru-guru agama Buddha juga melangsungkan Open House. Jika dulu yang datang hanya sesama guru agama Buddha, kini jumlah tamunya sudah bertambah banyak. Tidak hanya sesama guru dan anak-anak vihara, tetangga dan sesama teman kerja juga datang sehingga mau tak mau persediaan logistik juga bertambah disamping kue-kue dan minuman, tak lupa angpau untuk anak-anak.
Tetapi, meski semua itu menambah besar budget bulan Waisak, yang lebih penting adalah kebahagiaan yang hadir bersamaan dengan kunjungan dari para sahabat, teman-teman, dan tetangga. Berhenti sejenak dari aktivitas di luar rumah yang biasa dilakoni dari pagi hingga sore berganti dengan aktivitas cuci gelas, cuci piring, dan mondar-mandir seputar ruang tamu dan dapur. Memang melelahkan, tetapi sungguh membahagiakan.
Terima kasih yang sudah berkunjung ke rumah kami yang tersembunyi dari peta. Terima kasih untuk kebahagiaan yang telah dibagi.
Happy Vesakh
May All Beings Happy
No comments:
Post a Comment