Ngaturaken ►►Namo Buddhaya Selamat Datang Welcome Sugeng Rawuh di Blog Sederhana ini_/|\_Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

28 November 2007

When I was sick


Sabtu sore,
Untuk kesekian kalinya aku memasuki ruangan berukuran 3 x 3 m yang bernuansa putih itu, duduk di bangku kayu yang terasa sangat tidak nyaman. Detik demi detik kulalui dengan rasa tak sabar, ingin segera masuk ke ruang sebelah menanti vonis. Pikiranku melayang-layang tak tentu arah. Dentum musik DJ dari ruko sebelah membuatku ingat bahwa seharusnya aku berada di sanggar senam, menikmati irama musik dengan beat yang tinggi, menggerakkan otot-otot tubuh dari ujung kaki ke ujung kepala, mengikuti gerakan tubuh Sukma, instruktur senamku, yang sangat pandai bersalsa, menaikkan hormon endorphin yang membuat otak terasa fresh. Ughh….tapi kenapa tubuhku terasa begitu berat sekarang


45 menit terasa begitu lama, akhirnya aku dipersilahkan masuk ke ruang periksa dokter Ginting. Segera lengan kananku dipasang alat pengukur tensi, ‘rendah’..kata dokter muda itu. Kemudian dokter itu menyuruh perawat meletakkan thermometer di ketiak kiriku. Ia juga memegang kening dan leherku yang terasa begitu panas. Dan tak ketinggalan stetoskop mampir di dada, punggung dan perutku. Rupanya ritual tidak berhenti disitu saja, ada sebuah injeksi di pinggul kanan yang membuatku meringis menahan sakit. Rupanya penderitaan tidak berhenti sampai disitu. Di depanku sudah disiapkan lima macam obat yang harus aku minum setiap enam jam sekali. Dan sebagai penutup dari semua itu, tentu saja aku harus bayar….


Tiga hari terbaring lemah, membuatku rindu pada dunia diluar sana. Aku rindu pada celoteh anak-anak IPS yang selalu ribut saat belajar, rindu dengan kesibukan melayani anak-anak bayar iuran computer, melayani foto kopi, melayani teman-teman ngeprint ini itu… ohh, semua pekerjaan melelahkan itu jauh lebih nikmat daripada seharian berbaring di tempat tidur.


Tetapi aku bersyukur, dibalik semua rasa sakit itu aku menemukan banyak hal untuk direnungkan. Tentang diri yang akhir-akhir ini telah menjauh dari sang jalan, altar yang mulai berdebu dan hari minggu yang berlalu dirumah saja tanpa ke vihara. Tentang pikiran yang tak terkendali, seringkali ternodai dengan banyak keinginan. Tentang hati yang tercemari dengan benci dan iri hati, sangat jauh dari suci. Thanks God, for the sickness.


Thanks juga, tuk orang-orang yang masih care denganku, yang tak hanya mengingatku saat butuh aku dan seringkali tak peduli dengan rasaku dan lelahku. Now, I know who is a friend indeed. Thanks duo bos labkom yang dah gantiin jam ngajarku. Thanks Yoen, Deci n mbakyu…you’re my best friend. Thanks juga to seorang Beli nun jauh disana (for the sms) and last one, thanks to Yudi yang udah merindukan aku (cieee) dah ga sabar pengen curhat tentang gebetan2nya….hehe..Keep Chatting!!!



1 comment:

Anonymous said...

Lucu deh kmu tuh,....kyk org mo nunggu msk pnjara aje. Klu sakit khan gampang aja,..tinggal berendam sehari smalm di sungai batanghari hahahahahahaha....


Best regards,
Beli Made

Popular Posts