Ngaturaken ►►Namo Buddhaya Selamat Datang Welcome Sugeng Rawuh di Blog Sederhana ini_/|\_Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

14 December 2007

11 December 2007

Relik


Relik/Sarira/Saririka Dhatu Buddha




Relik Darah berwarna hijau



Relik Tulang berwarna putih



Relik adalah sisa jasmani orang suci yang telah mencapai tingkat tertinggi
dalam mengamalkan ajaran Guru Agung Buddha Gotama. Relik disebut juga Sarira
yang artinya jasmani atau Saririka Dhatu yang artinya unsur dari bagian tubuh
orang suci. Relik adalah semacam benda keras yang ditemukan pada abu jenazah
sisa kremasi. Di dalam referensi agama Buddha, tercatat bahwa Guru Agung Buddha
Gotama setelah dikremasi, meninggalkan relik berwarna-warni berupa kristal yang
jumlahnya tak terhitung dan sangat diagungkan di seluruh dunia. Tidak hanya
Sang Buddha Gotama, siswa-siswa Beliau seperti ; YA Sariputta,YA Moggalana, YA
Ananda, YA Sivali, YA Bakkula, YA Anggulimala, YA Mahanama, YA Anurudha, YA
Nagasena, serta para Arahat lainnya juga ditemukan Relik yang berwarna-warni
setelah jasmani-Nya dikremasi.

10 December 2007

28 November 2007

Lagu Gw...

Listening to music adalah salah satu kebutuhan pokok aq. Buatku saat hepi ato sadness tetap harus diiringi dengan sebuah lagu.

Soldier of Fortune…., aq gak tau siapa yang nyanyi dan gak ngerti juga artinya apa. Tapi aq suka banget sama intro petikan gitarnya yang cool banget. Suara penyanyinya yang artikulasinya ga jelas dan sendu banget bikin mataku pengen merem dan memeluk sesuatu…(hehe)

Boulevard - dan Byrd, klo yang ini aq ngerti artinya n apal lagunya. Pertama aq suka karena accordnya gampang diapal waktu aq belajar main gitar..hehe. Ni juga lagu kebangsaan tempat kosku pas jaman kul dulu. Melodinya juga yahud, enak banget buat temen bobo zyang

It Must Have Been Love – Roxette, aq suka lagu ini karena filmnya bagus banget. Yang maen juga actor favoritku yang paling ganteng Richard Gere. N ternyata ada someone yang suka juga ma lagu ini…ni lagu kita yaa!

Unbreak My Heart – Toni Braxton, lagunya empuks dan video klipnya seksi banget…wewww

25 minutes too late – MLTR, klo ni lagu ceritanya yang bagus banget tuk direnungi. Seringkali kita terlambat mengambil keputusan atw ‘menyatakan’ sesuatu yang kita inginkan dan akhirnya jadi penyesalan (seperti aq menyesali cintaku pada seorang Inzaghi). Makanya…klo elo2 mencintai seseorang jangan ragu2 tuk ngungkapin perasaan lo sebelum semuanya jadi terlambat dan …nyesel deh lo!!

No Matter What, suara seksinya Ronan Keating n frens emang enak banget masuk kuping. Dan yang lebih penting dari semua itu, aq suka banget liriknya. No matter what they call us, no matter they attack…. Gw bangetss. Aq juga orang yang banyak ‘ga peduli’ dengan apapun kata orang saat seharusnya aq tidak berhak lagi jatuh cinta....aq tetap jatuh cinta!! (cama capa tuuuuhh…hehe..Ada dehhhhhh). Saat orang bilang aq memilih berada di jalan yang salah (tentang agamaku), aq ga peduli koq apa kata mereka, bagiku Buddhist is my way….hehe sori ya sodara2, jangan merayuku lagi dehh!

When You Tell Me That You Love Me – siapapun yg nyanyiin lagu ini aq tetep suka. Why? Karena ini lagu mengingatkan aq pada satu hari valentine terindah sepanjang sejarah hidupku. Ketika seorang ‘looser’ manis give me a surprise, datang ke kostku di hari valentine dengan dua batang white silverqueen, nyanyiin lagu ini dengan petikan gitar butut khusus buat gueee… and mau tak mau sambil malu2 aq terima sebuah ‘happy valentine kiss’ di akhir acara (wekekekk…soriii jangan ngiri ya!)

Dan, dari sekian banyak lagu yang kusuka. Ada sebuah lagu yang paling favorit, yang mengalir di darahku sepanjang hayat (cieee) sekaligus ‘wajib’ aq dengarkan setiap Senin pagi. Mau tau? Lagu Indonesia Raya… Merdeka..Merdeka!!!

When I was sick


Sabtu sore,
Untuk kesekian kalinya aku memasuki ruangan berukuran 3 x 3 m yang bernuansa putih itu, duduk di bangku kayu yang terasa sangat tidak nyaman. Detik demi detik kulalui dengan rasa tak sabar, ingin segera masuk ke ruang sebelah menanti vonis. Pikiranku melayang-layang tak tentu arah. Dentum musik DJ dari ruko sebelah membuatku ingat bahwa seharusnya aku berada di sanggar senam, menikmati irama musik dengan beat yang tinggi, menggerakkan otot-otot tubuh dari ujung kaki ke ujung kepala, mengikuti gerakan tubuh Sukma, instruktur senamku, yang sangat pandai bersalsa, menaikkan hormon endorphin yang membuat otak terasa fresh. Ughh….tapi kenapa tubuhku terasa begitu berat sekarang


45 menit terasa begitu lama, akhirnya aku dipersilahkan masuk ke ruang periksa dokter Ginting. Segera lengan kananku dipasang alat pengukur tensi, ‘rendah’..kata dokter muda itu. Kemudian dokter itu menyuruh perawat meletakkan thermometer di ketiak kiriku. Ia juga memegang kening dan leherku yang terasa begitu panas. Dan tak ketinggalan stetoskop mampir di dada, punggung dan perutku. Rupanya ritual tidak berhenti disitu saja, ada sebuah injeksi di pinggul kanan yang membuatku meringis menahan sakit. Rupanya penderitaan tidak berhenti sampai disitu. Di depanku sudah disiapkan lima macam obat yang harus aku minum setiap enam jam sekali. Dan sebagai penutup dari semua itu, tentu saja aku harus bayar….


Tiga hari terbaring lemah, membuatku rindu pada dunia diluar sana. Aku rindu pada celoteh anak-anak IPS yang selalu ribut saat belajar, rindu dengan kesibukan melayani anak-anak bayar iuran computer, melayani foto kopi, melayani teman-teman ngeprint ini itu… ohh, semua pekerjaan melelahkan itu jauh lebih nikmat daripada seharian berbaring di tempat tidur.


Tetapi aku bersyukur, dibalik semua rasa sakit itu aku menemukan banyak hal untuk direnungkan. Tentang diri yang akhir-akhir ini telah menjauh dari sang jalan, altar yang mulai berdebu dan hari minggu yang berlalu dirumah saja tanpa ke vihara. Tentang pikiran yang tak terkendali, seringkali ternodai dengan banyak keinginan. Tentang hati yang tercemari dengan benci dan iri hati, sangat jauh dari suci. Thanks God, for the sickness.


Thanks juga, tuk orang-orang yang masih care denganku, yang tak hanya mengingatku saat butuh aku dan seringkali tak peduli dengan rasaku dan lelahku. Now, I know who is a friend indeed. Thanks duo bos labkom yang dah gantiin jam ngajarku. Thanks Yoen, Deci n mbakyu…you’re my best friend. Thanks juga to seorang Beli nun jauh disana (for the sms) and last one, thanks to Yudi yang udah merindukan aku (cieee) dah ga sabar pengen curhat tentang gebetan2nya….hehe..Keep Chatting!!!



13 November 2007

Bete...........

Hi Buddy....

give me a reason

Kenapa kita harus tetap hidup disaat kita sedang tak ingin hidup....???

11 November 2007

Rindu Pahlawan


Di sebuah lereng lembah sunyi,

Seorang perempuan desa bersahaja, dengan rambut yang sudah mulai banyak memutih duduk termenung di rumahnya yang sunyi. Rumah yang telah menjadi saksi perjalanan hidupnya bersama suami tercinta yang kini telah tiada. Rumah yang dibangun dengan berjuta tetesan keringat dengan harapan kelak kan menjadi istana bagi dua anaknya tercinta.

Kini rumah itu telah menjadi istana. Tapi kenapa istana itu begitu sunyi. Kemanakah riuh celoteh dua buah hatinya yang dulu selalu menemaninya....

Sang putra yang telah berkeluarga dan diberkahi dengan dua putri yang cantik kini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk 'memperhatikan' orang lain. Menjadi 'orang tua' yang banyak disambangi kawan dan kenalannya untuk sekedar berbagi rasa atau mencari pengobat jiwa, menjadi penolong bagi mereka. Ia lupa, di sudut rumah itu, ada sebuah kamar sunyi yang menjadi tempat peraduan bundanya, yang jarang ia kunjungi, yang jarang ia tanya apakah bundanya juga ingin berbagi rasa seperti kawan-kawannya yang selalu datang mengunjunginya? Atau sekedar bertanya, "Ibu sudah makan?"

Sang putri yang juga telah berkeluarga dan dikaruniai seorang putri yang pintar, kini sedang mengemban tugas menjadi abdi negara di sebuah negeri nun jauh di seberang lautan. Hanya setahun sekali ia pulang menjenguk ibunya, itupun hanya dalam hitungan hari ia berada bersamanya. Sungguh tak cukup waktu untuk memuaskan rasa rindu. Dan akhir-akhir ini, iapun mulai jarang menelponnya...

Kini,

tinggallah ia dalam kesunyian, sendirian dan kesepian

Adakah penyesalan dihatinya, setelah sekian banyak pengorbanan yang diberikan untuk dua anaknya, dan ternyata kini mereka hanya meninggalkannya dalam kesunyian...




Bunda,

aku merindumu,

ingin bersamamu

menyentuh dua telapak kakimu

dan membisikkan senandung hatiku

meski aku tak bersamamu...aku selalu menyayangimu!

Engkau Pahlawanku




05 November 2007

Pindapata & Siripada Puja


Bulan Oktober - November adalah saat yang ditunggu-tunggu umat Buddha untuk merayakan Kathina. Momen istimewa karena inilah saatnya bagi kita untuk bertanam di ladang yang subur. Berdana kepada Sangha melalui para bhikkhu adalah karma baik yang sangat tinggi nilainya dibandingkan dengan berdana kepada yang lain.
Minggu pagi, 28 Oktober lalu Vihara Jaya Manggala Jambi mengawali perayaan Kathina dengan melaksanakan pindapata, memberikan kesempatan kepada umat Buddha untuk berdana langsung kepada para bhikkhu tanpa harus datang ke vihara. Para bhikkhu berjalan dari satu rumah ke rumah, berdiam diri tanpa meminta, tetapi hanya menerima jika ada umat yang ingin berdana apapun bentuknya. Di Jambi, tradisi pindapata ini dilaksanakan sejak beberapa tahun yang lalu sehingga sebagian besar umat sudah sejak pagi hari dengan antusias menunggu kedatangan para bhikkhu di depan rumah mereka. Bahkan, ketika perjalanan para bhikkhu tiba di daerah Pasar Baru, banyak ibu-ibu pedagang di pasar (yang bukan umat Buddha) ikut berdana kepada para bhikkhu tersebut. Ini adalah hal yang sangat menggembirakan, menandakan bahwa kehadiran para bhikkhu di tengah-tengah masyarakat Jambi bukanlah hal yang 'aneh' lagi.
Menjelang siang,
Anak-anak sekolah minggu mulai dari Play Group sampai SMA sudah ramai di vihara menanti dimulainya Puja Bhakti Kathina. Pemandangan yang menyentuh melihat anak-anak usia 3 sampai 8 tahun dengan wajah ceria dan kelihatan tak sabar untuk menyerahkan dana Kathina mereka yang berupa celengan dari kaleng susu berisi uang tabungan mereka selama satu tahun yang khusus disiapkan untuk dana Kathina. Gemerincing uang logam dalam kaleng mewarnai suasana Kathina Puja siang itu saat satu per satu anak-anak kecil itu bersujud di depan altar dan menyerahkan tabungan mereka untuk berdana kepada Sangha. Ini adalah hasil kerja keras para pembina sekolah minggu yang telah berhasil menanamkan nilai-nilai kemoralan dan jiwa murah hati kepada anak-anak itu.
Sore hari,
Kathina puja untuk dewasa/umum selesai menjelang petang. Perayaan hari itu diakhiri dengan Siripada Puja. Penghormatan kepada jasa Buddha Gotama yang telah mengajarkan kebenaran, dengan cara menghanyutkan kuntum-kuntum teratai di kolam yang di tengahnya dibuat sebuah altar telapak kaki sang Buddha.
Hampir seribu orang dengan sabar antri berjalan dengan hening, satu persatu melangkah menuju kolam yang berada di Taman Rimba Arena MTQ yang sejak dua tahun terakhir menjadi lokasi Siripada Puja Vihara Jaya Manggala. Cahaya lilin yang berasal dari tengah-tengah kuntum teratai terbuat dari kertas dan wangi semerbak hio merubah arena MTQ yang di hari-hari biasa dipakai sebagai tempat nongkrong dan balapan anak-anak muda Jambi itu menjadi tempat surgawi.
Satu per satu teratai dihanyutkan
Cahaya lilin gemerlap menyinari sekitar
Wangi cendana mengharumkan suasana...
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Sadhu Sadhu Sadhu

20 October 2007

Selamat Idul Fitri




Moment Idul Fitri memang bukan hanya untuk mereka yang beragama Islam. Bagi aku yang non Islampun, Idul Fitri tetaplah hari yang istimewa karena biasanya pada moment itulah seluruh keluarga berkumpul dan yang ada hanyalah tawa dan bahagia.
Sayangnya, sudah tiga kali Idul Fitri aku tidak dapat merasakan saat-saat indah itu bersama keluarga. Karena juni kemarin aku sudah mudik. Usai acara tur ke Bali bersama guru-guru aku sempatkan mampir ke rumah. Sayangnya, hanya sempat tiga hari dirumah sudah dikejar-kejar telpon dari bos harus segera kembali ke Jambi karena tugas sebagai panitia PSB sudah menunggu.
Anyway...,
pada akhirnya aku dapat menikmati liburan Idul Fitri di Jambi, meski hanya diisi dengan chatting dan memindahkan isi kulkas ke perut ... cukup menjadi pengisi waktu libur yang menurutku 'kepanjangan' karena liburnya sampai sebulan lebih.
Dan,
untuk sodara-sodaraku yang muslim...
Selamat Idul Fitri
Mohon maaf lahir dan batin
Sabbe Satta Bhavantu Sukhittata

27 September 2007

Jambiku Sayangg....

Belum genap empat tahun aku tinggal di Jambi, negeri asing yang harus kutinggali karena panggilan tugas dari negara yang menghendaki aku mengabdikan ilmu yang kutimba di sebuah sekolah tinggi agama Buddha, aku tlah mulai jatuh sayang pada Jambi. Awalnya memang ada rasa sedih, kecewa dan sakit hati karena proses penerimaan CPNS yang menurutku 'tidak fair'. Tapi, berkat dukungan dari teman-teman dan saudara akhirnya aku berangkat juga ke negeri pinang masak ini.
Kesan pertama, panasssssss......, itulah yang kurasakan. Karena aku asli orang gunung yang biasa tinggal di lingkungan bersuhu 20an kebawah tiba-tiba disergap panasnya kota jambi yang terasa menggigit kulit, ditambah lagi serangan nyamuk-nyamuk yang alangkah ganasnya....cukup membuatku frustrasi di minggu-minggu pertama menjadi warga Jambi.
seiring berjalan waktu, akhirnya aku mulai terbiasa. Dan, seperti kata orang, jika sudah terminum air sungai Batanghari maka kita akan kerasan tinggal di Jambi. Memang betul, akhirnya lama-lama aku betah juga. Makin kenal makin sayang... Apalagi tata kota Jambi tidak berbeda jauh dengan Temanggung, kota kelahiranku, mungkin karena Jambi pernah dipimpin oleh Bapak Maschun Sofyan yang asal Temanggung.
Tapi, ada hal yang cukup menggelitik rasa sayangku pada Jambi. Aku merasa heran sekaligus kesal setiap kali masuk lorong-lorong yang ada di kota Jambi ini. Masalahnya, orang Jambi hobi banget bikin polisi tidur....
Aku tinggal di sebuah perumahan guru yang menurutku cukup memprihatinkan karena selain jalannya belum diaspal (dua minggu belakangan baru ditimbun tanah merah) yang selalu becek kalau hujan, dipinggir-pinggirnya juga masih banyak semak-semak yang tingginya satu meter.... uhhh serasa tinggal di hutan. Dan satu lagi, soal polisi tidur.. Setiap hari aku lewat di sebuah lorong yang cuma beberapa ratus meter (gak nyampe sekilo) tapi jumlah polisi tidurnya ada tujuh ekorr... bayangin aja betapa ribetnya setiap sebentar kita harus ngerem, trus oper gigi sebanyak tujuh kali sekali jalan. Mending kalau hanya sekali, sedangkan aku harus lewat jalan itu minimal empat kali sehari... huhhhhh capee dehhh.
So...., what can i do? Yaah.., sebagai rakyat jelata aku hanya bisa mengeluh sekaligus mengumpat dalam hati soal yang satu itu. Tapi aku yakin, bukan hanya aku yang merasa kesal dengan fasilitas gratis yang ada di jalan umum itu.
Jambiku sayang....

25 September 2007

Dream comes true

Sabtu pagi, dengan keengganan yang begitu terasa menempel selama liburan puasa, aku bangun dan meraih hp. Ada sebuah sms dari Lisa, Ketua Dayaka Sabha Vihara Jaya Mangala, isinya sebuah pemberitahuan sekaligus undangan untuk datang ke vihara sabtu malam pukul 18.30 karena ada kunjungan Bapak Andrie Wongso dari Jakarta.
Haaahhh.....yang bener? Andrie Wongso?
Beliau adalah sosok yang tlah kuidolakan sejak remaja. Orang yang aku kagumi pemikirannya dan keahliannya memompa semangat orang lain. Sejak aku masih duduk dibangku SLTA aku tlah sangat menyukai hasil karya beliau dalam produk-produk Harvest, bahkan sampai sekarang koleksiku masih kusimpan dengan rapi. Kata-katanya yang indah, romantis dan bijaksana mampu menyentuh kedalam hati sanubari para pembacanya. Bahkan, saking sukanya aku dengan Harvest, aku ikut terdaftar sebagai member Harvest Fans Club (HFC). Kini, setelah aku cukup dewasa, kecintaanku pada sosok Andrie Wongso lebih pada kemampuannya untuk memberikan motivasi pada orang lain. Aku suka membuka dan membaca hasil tulisan-tulisan beliau yang penuh perenungan di www.pembelajar.com.
Hari beranjak petang, puluhan orang sudah ramai menunggu kedatangan Pak Andrie Wongso di vihara. Namun karena beliau masih ada acara di ACC, maka kami yang hanya 'nebeng' bertemu dengan beliau harus sabar menunggu selama hampir tiga jam.
Pukul 21.00 barulah beliau tiba di vihara yang langsung disambut dengan antusias. Memang hanya 30 menit beliau berbicara, namun hasilnya sebagian besar yang datang mengaku puas dengan apa yang disampaikan oleh beliau dan merasa seperti baru di'refresh' semangatnya untuk beragama.
Terima kasih Pak Andrie Wongso atas sesuatu yang berharga untuk diingat, direnungkan dan dijalani. Hari itu menjadi satu hari ketika satu mimpiku menjadi kenyataan....

Buddha Bless Me..
Thanks Gods

19 September 2007

Ambang Kathina


Menjelang bulan Oktober, umat Buddha bersiap-siap untuk menyambut datangnya Kathina Puja. Momen besar kedua setelah hari raya Waisak, dimana seluruh umat Buddha berkesempatan untuk menambahkan kebajikan dengan cara berdana kepada Sangha. Tanpa melihat besar kecil atau bentuk dana, kesempatan untuk berdana kepada Sangha yang baru saja selesai menjalani masa Vassa (masa introspeksi dan berdiam diri di suatu tempat) maka dapat dikatakan dana Kathina adalah dana yang tinggi nilainya.


Dana dapat berupa apa saja, baik materi maupun Dhamma dana. Namun umumnya dana Kathina berupa empat kebutuhan pokok Sangha yaitu jubah (Civara), makanan (pindapatta), obat-obatan (bhesajja) dan tempat tinggal (senasana). Sekarang ini pada umumnya dana diberikan dalam bentuk uang tunai karena sifatnya yang lebih fleksibel digunakan untuk kepentingan Sangha.


Selamat Hari Kathina 2557 BE/2007

Semoga semua makhluk berbahagia

Sadhu Sadhu Sadhu

22 August 2007

"Setan" bisa melakukan kebajikan (?)

Dalam keramaian pesta rakyat menyambut HUT RI 17 Agustus, saya menemui sebuah fenomena yang cukup menyibukkan benak saya untuk memikirkannya.
Di arena sebuah pentas Kuda Kepang saya melihat salah satu pemainnya yang sedang kesurupan (entrance) berlaku sebagai seorang tukang urut. Dengan menggunakan media air dalam sebuah gelas ia mengurut 'pasien' yang sudah duduk di sebuah kursi. Dengan penuh perhatian ia melakukan pijatan-pijatan penyembuhan sesuai dengan keluhan si pasien, ada yang di kaki, di tangan dan kepala. Satu persatu pasien bergantian duduk di kursi penyembuhan itu. Memang, kadang-kadang pasien harus cukup bersabar karena seringkali si 'tukang urut' sibuk dengan kesenangannya sendiri, menari, makan kembang, makan kelapa muda , dll.
Dalam hal ini, apakah yang dilakukan si pemain kuda kepang itu dapat disebut suatu 'kebajikan'? Dalam konteks Buddhis, suatu perbuatan (kamma) dapat terjadi apabila ada beberapa faktor yaitu: ada obyek, ada kehendak, ada usaha dan ada hasilnya. Dalam fenomena tersebut faktor yang pertama telah terpenuhi ada obyek yaitu si pasien. Faktor ketiga ada usaha dari si pemain kuda lumping yaitu berupa tindakan melakukan pijatan-pijatan. Faktor yang keempat, ada hasilnya yaitu si pasien merasakan hasil 'proses penyembuhan' tersebut. Yang menjadi pertanyaan adalah faktor kedua, sebenarnya siapakah yang melakukan kamma tersebut? Pemain kuda lumping ataukah "setan" yang masuk kedalam tubuhnya. Siapakah yang 'berkehendak' melakukan perbuatan itu?
Si pemain kuda kepang dalam keadaan 'tidak sadar', dengan kata lain tentu saja dia tidak dapat berkehendak melakukan sesuatu karena saat itu ia berada dalam kekuasaan "setan" yang masuk kedalam tubuhnya. Lalu, apakah layak kalau kita sebut bahwa yang melakukan hal itu adalah sesosok makhluk gaib yang meminjam tubuh pemain kuda kepang yang biasa kita sebut "setan"?
Dalam bahasa umum, kata setan identik dengan hal-hal yang menakutkan dan jahat. Tentu saja akan sulit diterima oleh masyarakat kalau kita katakan setan melakukan kebajikan.
Tetapi dalam konteks Buddhis, dapat kita lihat dengan sudut pandang yang berbeda. Dalam agama Buddha, setan disebut dengan Peta yaitu makhluk yang berada dalam Niraya (neraka). Jadi, sebutan setan dalam agama Buddha berbeda dengan sebutan setan pada umumnya. Jika yang dimaksud adalah makhluk yang masuk ke dalam tubuh pemain kuda kepang yang kemudian melakukan kebajikan berupa penyembuhan, itu bukanlah "setan" melainkan Asura. Asura adalah makhluk-makhluk di alam Apaya (alam menyedihkan) yang berada di dunia ini tetapi dalam dimensi yang berbeda dengan manusia. Mereka dulunya (diantaranya) berasal dari alam manusia, yaitu manusia-manusia yang memiliki keterikatan yang besar dengan kesenangan-kesenangan duniawi. Dan bisa saja, dulunya ia berprofesi sebagai tukang urut sehingga dalam kehidupannya sekarang ia masih mempunyai keterikatan dengan hal tersebut sehingga ketika ia masuk ke dalam tubuh seseorang (meminjam raga) ia dapat melakukan perbuatan berupa "penyembuhan" tersebut.
Terlepas dari statusnya sekarang sebagai makhluk Asura, menurut saya, apa yang dilakukannya tetaplah sebuah kebajikan (kamma baik). Hikmah yang bisa saya petik adalah, apapun wujud kelahiran kita, hendaklah kita selalu berusaha melakukan hal-hal yang baik. Ketika kita punya kesempatan, janganlah kita membuang kesempatan itu dengan melakukan hal-hal yang justru membuat 'nilai kehidupan' kita lebih rendah dari manusia.
Kalau "setan" bisa melakukan kebajikan, kenapa kita tidak???

31 July 2007

Menjadi seorang Buddhis

Menjadi seorang Buddhis?
Seperti kebanyakan anak-anak di Indonesia, mereka telah "diagamakan" sejak mereka lahir, demikian juga dengan aku. Sampai umurku belasan tahun, aku beragama Buddha karena kedua orang tuaku memeluk agama Buddha. Sebagaimana kita mewarisi suatu tradisi dalam keluarga, demikian juga kita memeluk agama.
Sejak bayi kita sudah disuapin dengan doktrin-doktrin yang mungkin perlu kita selidiki lagi kebenarannya. Dan itu telah aku lakukan. Di penghujung masa remaja, aku mengalami proses pencarian jiwa..yang menuntunku mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul dalam benakku.
Akhirnya, aku menemukan jawaban itu di sebuah sekolah tinggi agama Buddha di Jakarta. Aku mempelajari 'agamaku' yang sudah sekian tahun menjadi label dalam diriku.
Setelah itu, barulah aku benar-benar yakin dengan jalan yang dipilihkan oleh orang tuaku. Aku menjadi seorang Buddhis secara sadar dan didasarkan pada pemahaman yang benar pada agama itu. Bagiku, beragama seperti memilih baju, kita harus mencari warna dan model yang paling serasi untuk kita. Dan aku telah memastikan bahwa, agama Buddhalah yang paling sesuai untuk aku.
Kini,
sejuta badai dan angin surga mencoba membisikku untuk merubah warna baju itu. Aku telah yakin dengan pilihan itu dan tidak berniat untuk merubahnya.

Popular Posts