Ngaturaken ►►Namo Buddhaya Selamat Datang Welcome Sugeng Rawuh di Blog Sederhana ini_/|\_Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

09 November 2009

Love and Buddhism

Oleh: Hendrick
[Up. Vimala Dhammo / Up.Yeshe Lhagud]
rigsden_gandalf@yahoo.com

“Hidup bersama-sama di kehidupan lalu dan karena kebajikan dalam kehidupan kali ini, cinta lahir bagaikan teratai di atas air. Dengan hidup bersama, dengan pandangan, dengan senyuman, cinta lahir di antara pria dan wanita. Ketika cinta masuk ke dalam pikiran maka hati menjadi gembira.”Manusia yang paham akan yakin, berkata, “Ia berbahagia denganku di masa lampau”. Sejakwaktu yang lama dalam berbagai kelahiran yang berulang-ulang, sebanyak 1000 koti kelahiran,mereka berdua berhubungan bersama-sama sebagai istri dan suami.
(Sang Buddha, Mahavastu Avadana)

Begitulah kutipan kata-kata Sang Bhagava yang diucapkan oleh Pangeran Sudhanu / Sudhana (kelahiran lampau Pangeran Siddharta) kepada Kinnari Manohara (kelahiran lampau Yasodhara) untuk mengungkapkan rasa cintanya. Uniknya syair kata-kata tersebut juga diutarakan oleh wanita bernama Syama (kelahiran lampau Yasodhara) kepada seorang pedagang yang merupakan kelahiran lampau Pangeran Siddharta. Lantunan syair tersebut juga tertulis dalam kitab Nalini Jataka, untuk mendeskripsikan cinta antara Ekasringa (kelahiran lampau Pangeran Siddharta) dengan Nalini (kelahiran lampau Yasodhara).
Di kitab Tipitaka Pali, kita melihat Sang Buddha juga membabarkan kalimat di atas dalam Saketa Jataka, ketika ia ditanyai oleh siswa-Nya tentang sebab dari munculnya perasaan cinta di antara pria dan wanita, mengingat ada seorang brahmana bernama Buddhapita [ayah Buddha] dan istrinya, Buddhamata [ibu Buddha], yang terus bersama-sama berpasangan sebagai suami istri sebanyak 1500 kali kelahiran lampau mereka. Sebanyak 500 kali kelahiran mereka menjadi kedua orang tua Sang Bodhisatta, 500 kali sebagai paman dan bibi Sang Bodhisatta dan 500 kali kelahiran menjadi kakek nenek Sang Bodhisatta. Masih sebagai umat awam, mereka berdua mencapai tingkatan Arahat di bawah bimbingan Sang Buddha sendiri sehingga akhirnya mencapai Parinibbana.
Lalu selama 4 asamkhyeya kalpa serta 100.000 kali perputaran dunia [mahakalpa] dan selama 500 kelahiran pula, Sang Bodhisatta Pangeran Siddharta dan Yasodhara bersama-sama mengarungi samsara demi menyempurnakan paramita. Selama 500 kelahiran pula mereka saling mengasihi, menyokong dan mencintai satu sama lain. Cinta mereka tidak ada bandingannya di dunia ini. Sulit sekali untuk suami istri terus bersama-sama di berbagai kelahiran, namun berkat kekuatan tekad Sang Bodhisattva dan pasangannya, mereka berdua tidak terpisahkan walaupun harus menerjang ombak samsara yang sangat ganas.

2 comments:

RagaLiciouz ^^ said...

like this ^^

pa kbar bu ??
ko gk ad tulisan trbaru d blog ny bu ??? :p

Kuntari said...

kabar baik
lg jarang buka blog, banyak kerjaan

Popular Posts