Ngaturaken ►►Namo Buddhaya Selamat Datang Welcome Sugeng Rawuh di Blog Sederhana ini_/|\_Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

31 December 2010

Gulai Jantung Pisang

Entah dapat darimana si ayah tiba-tiba minta dimasakin jantung pisang. Sebagai ibu rumah tangga sejati :d, aku  berusaha menjawab tantangan suami...

Dengan bantuan si google, akhirnya tersaji sebuah gulai jantung pisang, karya perdanaku....

Ini dia resepnya:
Bumbu halus:
  • 8 butir bawang merah
  • 5 butir bawang putih
  • 5 cabai merah
  • 1/2 sdt merica bubuk
  • garam
  • gula
Bahan:
  • 1 buah jantung pisang
  • 3 lembar daun jeruk
  • 2 lembar daun salam
  • 2 cm lengkuas
Cara Membuat:
  • Buang kulit luar yang berwarna merah, sisakan yang berwarna kuning kemerahan. Belah dua, diiris-iris,  cuci, rebus dalam air mendidih 5-10 menit (sampai layu), angkat, tiriskan.
  • Tumis bumbu halus sampai harum, masukkan lengkuas, daun jeruk, dan salam.
  • Masukkan santan, masak sampai mendidih, masukkan jantung pisang. Jangan lupa cicipi, tambah garam jika perlu, n tambah sedikit gula biar tambah gurih.
  • Didihkan sebentar. Angkat deh....
 

25 December 2010

Format Penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas

1. Halaman Judul
2. Halaman Identitas dan Pengesahan
3. Abstrak
4. Daftar Isi
5. Daftar Gambar/tabel
6. Daftar Lampiran
7. Bab I Pendahuluan:
    - Latar Belakang Masalah
    - Rumusan Masalah
    - Tujuan Penelitian
    - Manfaat Penelitian
8. Bab II Kajian Pustaka
9. Bab III Pelaksanaan Penelitian
    - Subjek Penelitian
    - Deskripsi per siklus
10. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
11. Bab V Simpulan dan Saran
12. Daftar Pustaka
13. Lampiran:
      - Instrumen Penelitian
      - Personalia Tenaga Peneliti
      - Riwayat Hidup (masing-masing peneliti)

Sumber: Dikti

23 December 2010

Jam Lucu untuk Blog Anda

Yang suka pernak-pernik blog, berikut ada jam-jam lucu untuk blog anda
  • Buka http://www.clocklink.com/
  • Pilih kategori Gallery yang ada di sebelah kiri, sesuaikan dengan warna dasar web/blog anda
  • Klik View HTML Tag pada model jam yang anda suka
  • Klik Accept pada ketentuan layanan
  • Pilih Timezone yang sesuai dengan wilayah anda (untuk Indonesia: GMT + 07.00
  • Copy deh HTML-nya
  • Paste-kan pada Gadget anda

Mengetahui Nilai Web/Blog Anda

Sudah lama ngeblog tapi kumat-kumatan, iseng-iseng menghitung nilai blog ini, ternyata masih sangat rendah... :( (jadi malu deh)

Buat yang pengen tau caranya, coba deh:

11 December 2010

Soal-soal TIK SMA

Buat yang butuh soal-soal Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) SMA, silahkan unduh...

Jenis-jenis Media Pembelajaran


Istilah media merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dalam pengertian ini perlu dicermati apakah media itu statis atau dinamis.
1.      Menurut AECT ( 1972:21)
Media diartikan segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi. Dalam definisi ini sebuah media dilihat dari teknologi dari komunikasi dan teknologi dari komputer itu sendiri.
2.      Menurut Olson (1974:12)
Mendefinisikan medium sebagai teknologi untuk menyajikan, merekam, membagi dan mendistribusikan simbol dengan melalui rangsangan indra tertentu, diserta penstrukturan informasi.
3.      Menurut Asosiasi pendidikan Nasional Amerika, dikutif AECT (1979)
Media dalam lingkup pendidikan sebagai salah satu benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat dan didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.
4.      Commosions on Instructional Technology (1970)
Media lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran disamping guru, buku teks, dan papan tulis.
5.      Gagne (1970)
Media pendidikan adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan mahasiswa yang dapat merangsang mahasiswa untuk belajar.
6.      Briggs (1970)
Media pembelajaran adalah sarana untuk memberikan perangsang bagi belajar supaya proses belajar terjadi
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

Adapun secara termonilogi (istilah), beberapa tokoh mengemukakan pengertian media pembelajaran sebagai berikut:
1.  Menurut Berlach dan Ely (1971) mengemukakan bahwa media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
2.  Menurut Heinich, dkk (1985), media pembelajaran adalah media-media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan pembelajaran atau mengandung maksud-maksud pembelajaran.
3.  Martin dan Briggs (1986) mengatakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan si-belajar. Hal ini bisa berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras.
4.  Menurut Hamalik (1994), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan si belajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
5.  Anggani Sudono mengemukakan bahwa media pembelajaran atau sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada siswa; antara lain buku referensi, buku cerita, gambar-gambar, nara sumber, benda atau hasil-hasil budaya.

Berbagai jenis media belajar, diantaranya :
1.      Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2.      Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3.      Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
4.      Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh: dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Secara umum media pembelajaran dibagi tiga macam, yaitu:
1.      Media audio: media yang mengandalkan kemampuan suara, seperti radio, kaset, dan sebagainya.
2.      Media visual: media menampilkan gambar diam,seperti foto, lukisan, dan lain-lain.
3.      Media audio visual: media yang menampilkan suara dan gambar, seperti film.
Secara lebih terperinci, media pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam sepuluh (10) kategori, antara lain:
1.      Audio: Kaset audio, siaran radio, CD, telepon, MP3
2.      Cetak: Buku pelajaran, modul, brosur, leaftlet, gambar, foto
3.      Audio-Cetak: Kaet audio yang dilengkapi bahan tertulis
4.      Proyeksi Visual Diam: Over Head Transparansi (OHT), film bingkai (slide)
5.      Proyeksi Audio Visual Diam: Film bingkai (slide) bersuara
6.      Visual Gerak: Film bisu
7.      Audio Visual Gerak: Film gerak bersuara, video/VCD/televisi
8.      Obyek Fisik: Benda nyata, model, specimen (benda contoh)
9.      Manusia dan Lingkungan: Guru, pustakawan, laboran
10.  Komputer: CAL/Computer Aid/Assisted Learning (pembelajaran berbantuan komputer); CBL/Computer Based Learning (pembelajaran berbasis computer)

Dalam pembelajaran bahasa, media pengajaran dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu media pandang (visual aids), media dengar (audio aids) dan media dengar-pandang (audio-visual aids). Media pandang dapat berupa benda-benda alamiah, orang dan kejadian; tiruan benda-benda alamiah, orang dan kejadian; dan gambar benda-benda alamiah, orang dan kejadian (Effendi, 1984).
Menurut syaifulbahri djamarah dan aswan zain, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau informasi pesan. Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran dikelompokkan kedalam empat kelompok yaitu:
1.      Media hasil teknologi cetak
Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau photografis. Kelompok media hasil teknologi cetak antara lain: teks, grafik, foto atau representasi fotografik.
Karakteristik media hasil cetak:
a.       Teks dibaca secara linear
b.      Menampilkan komunikasi secara satu arah dan reseptif
c.       Ditampilkan secara statis atau diam
d.      Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip pembahasan
e.       Berorientasi atau berpusat pada siswa.
Pendekatan yang berorientasi pada siswa adalah pendekatan dalam belajar yang ditekankan pada ciri-ciri dan kebutuhan siswa secara individual. Sedang lembaga pendidikan dan para pengajar berfungsi dan berperan sebagai penunjang saja. Sistem pendekatan yang berorientasi pada siswa ini didesain sedemikian rupa. Sehingga siswa dapat belajar dengan sistem yang luwes yang diarahkan agar siswa dapat membentuk gaya belajarnya masing-masing. Dalam hal ini guru dan lembaga berperan sebagai penunjang, fasilitator dan semangat pada siswa yang sedang belajar.
f.    Informasi dapat diatur atau ditata ulang oleh pemakai.

2.      Media hasil teknologi audio-visual
Teknologi audi-visual cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual penyajian pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses pembelajaran, seperti mesin proyektor film, tape recorder, proyektor visual yang lebar.
Karakteristik:
a.  Bersifat linear
b.  Menyajikan visual yang dinamis
c.  Digunakan dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya oleh perancang
d.  Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau abstrak
e.  Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif
f.   Berorientasi pada guru
Pendekatan yang berorientasi pada guru atau lembaga adalah sistem pendidikan yang konvensional dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh para guru dan staf lembaga penndidikan. Dalam sistem ini guru mengkomunikasikan pengetahuannya kepada siswa dalam bentuk pokok bahasan dalam beberapa macam bentuk silabus. Biasanya pembelajaran berlangsung dan selesai dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan metode mengajar yang dipakai tidak beragam bentuknya, biasanya menggunakan metode ceramah dengan pertemuan tatap muka (face to face).

3.      Media hasil teknologi yang berdasarkan computer
Teknologi berbasis computer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis micro-prosesor. Berbagai aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal sebagai computer assisted instruction. Aplikasi tersebut apabila dilihat dari cara penyajian dan tujuan yang ingin dicapai meliputi tutorial, penyajian materi secara bertahap, drills and practice latihan untuk membantu siswa menguasai materi yang telah dipelajari sebelumnya, permainan dan simulasi (latihan untuk mengaplikaskan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari dari basis data (sumber yang dapat membantu siswa menambah informasi dan pengetahuan sesuai dengan keinginan masing-masing).
Karakteristik media hasil teknologi yang berdasarkan computer:
a.       Dapat digunakan secara acak, non-sekuensial atau secara linear
b.      Dapat digunakan sesuai keinginan siswa atau perancang
c.       Gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan simbol dan grafik
d.      Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini
e.       Berorientasi pada siswa dan melibatkan interaktifitas siswa yang tinggi
f.       Media hasil gabungan tenologi cetak dan teknologi computer
Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan komputer. Komputer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti jumlah random akses memori yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan pararel (alat-alat tambahan), seperti: video disc player, perangkat keras untuk bergabung dalam suatu jaringan dan sistem audio.
g.      Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai sumber.

Selain pembagian itu ada lagi pembagian media pembelajaran menurut jenis, daya liput, dan bahannya.
1.      Dilihat dari jenisnya, media terbagi menjadi:
a.   Media auditif
Media yang hanya mengandalkan suara saja seperi radio, kaset recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan pendengaran
b.   Media visual
Media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip, slides, foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
c.   Media audio visual
Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.  Media ini dibagi dalam:
1). Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti video kaset
2). Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya berasal dari tape recorder.
2.      Dilihat dari daya liputnya, media terbagi menjadi:
a.   Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama seperti radio dan televisi serta internet.
b.   Media dengan daya liput terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film sound slides film rangkai, yang harus menggunakan empat tertutup dan gelap.
c.   Media untuk pembelajaran invidual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
3.      Dilihat dari bahan-bahannya, media terbagi menjadi:
a.   Media sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b.   Media kompleks
Media ini adalah media yang bahan dasarnya kompleks sulit didapat serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.

Media visual dapat dibagi lagi menjadi media visual yang diproyeksikan dan media visual yang tidak diproyeksikan. Media visual yang tidak diproyeksikan dibagi lagi menjadi jenis-jenis berikut ini:
1.      Bahan Cetakan (Media Visual Diam)
Media  cetakan dan grafis didalam proses belajar mengajar paling banyak dan paling sering digunakan. Media ini termasuk kategori media visual non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari  pemberi ke  penerima pesan (dari guru kepada siswa). Pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-gambar dan simbol-simbol yang mengandung arti disebut “Media Grafis”. Media grafis termasuk media visual diam, sebagaimana halnya dengan media lain media grafis mempunyai fungsi untuk menyalurkan pesan dari guru kepada siswa. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol yang menarik dan jelas. Media ini termasuk media yang relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya. Macam-macam media grafis  adalah: gambar/foto, diagram, bagan,  grafik, poster, media cetak, buku.
a.       Gambar/foto,
Media grafis paling umum digunakan dalam PBM, karena merupakan bahasa yang umum dan dapat mudah dimengerti oleh peserta didik.
b.      Diagram.
Merupakan gambar yang sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol, secara garis besar dan menunjukkan hubungan antar komponennya atau proses yang ada pada diagram tersebut. Isinya pada umumnya berupa petunjuk-petunjuk.
Ciri-ciri diagram yang baik.
-       benar, diagram rapih dan disertai dengan keterangan yang jelas.
-       Cukup besar dan ditempatkan secara strategis.
-       Penyusunannya disesuaikan dengan pola baca yang umum dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.
c.       Bagan.
Bagan merupakan media yang berisi tentang gambar-gambar keterangan-keterangan, daftar-daftar dan sebagainya. Bagan digunakan untuk memperagakan pokok-pokok isi bagasi secara jelas dan sederhana antara lain: Perkembangan, Perbandingan, Struktur, Organisasi
Macam-macam media bagan antara lain: Tree chart,  Flow chart
d.      Grafik (Graph)
Grafik adalah penyajian kembali data-data yang berupa angka-angka dalam bentuk visual simbolis (lambang visual).
Macam-macam grafik:
-       Grafik garis (Line Graph), yaitu grafik yang paling dapat menggambarkan data secara tepat, dapat menggambarkan hubungan antara dua kelompok data dan dapat digunakan untuk data-data yang kontinyu.
-       Grafik batang
Dalam grafik ini jumlah data dipertunjukkan dalam bentuk gambar. Yang perlu diperhatikan grafik gambar ini adalah:
Ø      Simbol gambar yang dipakai sendiri (self Explanatory).
Ø      Jumlah data yang diperlihatkan melalui jumlah gambar.
Ø      Jumlah besar kecilnya gambar akan dapat dibaca apabila dibawah gambar tersebut diberikan angka yang sebenarnya.

2.      Media Display
a.       Papan Tulis/White Board
Salah satu media penyajian untuk PBM yang sering digunakan adalah: “papan tulis dan white board”. Kedua media ini dapat dipakai untuk penyajian: tulisan-tulisan, sketsa-sketsa, gambar-gambar dengan menggunakan kapur/spidol white board baik yang berwarna ataupun tidak berwarna. Maksud dari warna tersebut adalah agar tulisan lebih jelas, menarik dan dapat berkesan bagi peserta yang akan menerimanya.
Syarat-syarat papan tulis yang baik adalah:
Ø      Papan tulis harus buram, tidak boleh licin atau mengkilat.
Ø      Warna dasar papan tulis harus lebih gelap dari alat tulis yang dipakai.
Ø      Warna dasar white board putih.
Ø      Ukuran yang ideal adalah 90 x 120 cm atau 90 x 200 cm.
Ø      Untuk penggunaan papan tulis atau white board diperlukan perhatian yaitu: Tulisan/gambar dipapan harus jelas dan bersih, Hindari agar papan tulis tidak terlalu penuh dengan tulisan atau gambar-gambar sehingga sulit untuk dimengerti peserta, Hapuskan tulisan/gambar tidak diperlukan lagi, Tinggalkan papan tulis dalam keadaan bersih.

b.      Papan Flanel
Papan flanel adalah media visual yang efektif  untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran didik. Papan berlapis kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis. Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dilepas dengan mudah, sehingga dapat dipakai berkali-kali. Selain untuk menempel gambar-gambar, dapat pula dipakai menempelkan huruf dan angka-angka. Karena penyajian seketika, kecuali menarik perhatian siswa, penggunaan papan flanel dapat membuat sajian effesien.

c.       Flip Chart
Peta/flip chart adalah: lembaran kertas yang berisikan bahan pelajaran, yang tersusun rapi dan baik. Penggunaan ini adalah salah satu cara guru dalam menghemat waktunya untuk menulis di papan tulis. Lembaran kertas yang sama ukurannya dijilid jadi satu secara baik agar lebih bersih dan baik. Penyajian informasi ini dapat berupa:
Ø      Gambar-gambar               
Ø      Huruf-huruf
Ø      Diagram                           
Ø      Angka-angka
Peta tersebut harus disesuaikan dengan jumlah dan jarak maksimum siswa melihat peta lipat tersebut dan direncanakan tempat yang sesuai dimana dan bagaimana peta tersebut ditempatkan.

Soal-soal Agama Buddha SD

Buat yang butuh soal-soal  agama Buddha untuk SD, silahkan diunduh...

Soal-soal Agama Buddha SMA

Buat yang butuh soal-soal latihan agama Buddha dalam format pilihan ganda, silahkan unduh...

05 December 2010

Online Storage

Buat kamu yang mobile banget alias suka bepergian kemana-mana tapi tetap harus berhubungan dengan file-file kerjaan, pasti akan repot banget kalo setiap pergi kemana-mana harus bawa map setumpuk. Pake flashdisk atau CD bisa juga sih, tapi bagi yang pelupa (kayak gw) pasti akan susah banget kalo flashdisknya ketinggalan. Nah, solusinya adalah dengan memanfaatkan Online Storage.

Online Storage udah berkembang sejak lama. Kelebihan Online Storage adalah file dapat dibuka (didownload) kapan saja dan dimana saja asal terkoneksi dengan internet. Selain itu, kita juga dapat  men-share file-file kita pada orang lain dengan memberikan alamat link file tersebut. 

Salah satu Online Storage yang terkenal adalah Ziddu. Kenapa Ziddu? Karena Ziddu memberikan bonus berupa Dollar setiap kali file kita didownload...wewww. Sudahkah anda punya akun Ziddu? Rugi deh kalo belum. Hayuh buruan daftar disini.

01 December 2010

Wisuda

Greatest Moment


Setelah jatuh bangun berjuang menyelesaikan tesis,
akhirnya sampai juga ke Ruang Sidang.
Dan,
saat terindah adalah ketika Ketua Sidang menyatakan bahwa:
Kuntari, NIM.A2E007076 dinyatakan LULUS dengan nilai A
 
Terima kasih tak terhingga kepada pembimbing:
Prof. Dr. H. Sjarkawi, M.Pd
Prof. Dr. Khairinal, B.A., Drs., M.Sc

Dosen-dosen:
Dr. M. Rusdi
Dr. Rahmat Murbojono
Drs. Damris M, M.Sc., Pd. D
Dr. rer.nat.  Rayandra Ashyar
dll


Kuliah Statistik

Materi kuliah Statistik dari Dosen Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan Universitas Jambi

Hari AIDS

23 November 2010

Jamuran?

Anda jamuran? Jika jawabannya iya, jangan khawatir karena banyak orang pernah mengalaminya.(termasuk saya :D). Berikut adalah kisah sedihku yang sedang berupaya mendapatkan kesembuhan dari  seorang dokter online bernama Cak Moki dalam rangka mengusir jamur yang tak enak dimakan ini dari tubuhku.

Dok, sy jg sdg menderita jamuran. Berawal dr bintik kecil merah nan gatal di pinggang, stlh digaruk, akhirnya bertmbh banyak dan menyebar kemana2 (lipatan tangan, dan payudara). Pertama berobat dikasih ketoconazole oral (dari Hexapharm) dan salep racikan. salep dipakai tp obat oralnya cuma terminum beberapa (malas). Pas salep habis, dtg lagi ke dokter, dikasih lg obat yg sama, dan berakhir sama, hasilnya bintik2 berkurang, kulit menghitam dan terasa tebal. Saat itu ada gatal2 di areola yg karena digaruk akhirnya lecet dan infeksi (permukaan areola berkerak putih mengelupas dan ada bagian yg berair/bernanah). Akhirnya dtg lagi ke dokter, dikasih ketoconazole oral dan Sporex cream untuk di badan. Untuk payudara dikasih Clindamycin 150 2×1 selama hari dan Fuson cream plus 1 btl cairan infus (Nacl 0,9%) untuk membersihkan dan mengompres payudara 3x sehari pakai perban.Stlh 5 hr disuruh dtg lg, tp blm sempat (skr hari ke-8). Kondisi terkini, bintik2 merah makin byk dan gatal bgt (di pinggang dan lipatan tangan), areola sdh tinggal sdkt yg berair. Pertanyaan saya:
1. Jika minum ketoconazole-nya tdk disiplin apa bisa resisten?
2. Apakah obat dg merek2 tsb (Askes) sdh cukup bagus atau perlu beli obat non generik?
3. haruskah minum Clindamycin lagi? kpn salepnya dihentikan?
4. Konsumsi obat2 tsb apakah mempengaruhi jika sdg program hamil?

Ini dia jawaban dokternya:
1) Kalo tidak disiplin, yang jelas tidak akan sembuh. Pada umumnya, hasil pengobatan akan nampak setelah memasuki minggu ketiga minum Ketoconazole.
2) Cukup dengan generik… yang penting teratur, sedikitnya 3-4 minggu… merk apapun, bahkan yang paling mahal, tidak akan sembuh kalo gak teratur.
3) Clindamycin hanya digunakan lagi kalo ada infeksi sekunder akibat garukan (sengaja ataupun gak sengaja).
Salep Fuson dihentika kalo infeksi sekunder udah hilang.
4) Tidak .. obat-2 tersebut adalah obat kategori B pada kehamilan yang artinya aman bagi janin.

Kondisi terkini:
Ini adalah hari ke-15 aku mengkonsumsi Ketoconazole (pil terakhir)
Seminggu yang lalu aku mengganti salep untuk gatal-gatal di badan dengan Pi Kang Shuang yang kubeli di toko ramuan cina. Pertama dioles tak ada rasa apa-apa tetapi ajaibnya kulitku tak lagi memerah, rasa gatal juga berkurang, so...lanjut deh pake salep itu. Akhirnya sekarang lipatan kulit terasa kering, bersih, tidak gatal, tidak menghitam, tidak terasa tebal, dan tidak berkerak... it means...sudah sembuh.
Weww, seneng banget rasanya terbebas dari jamur-jamur nakal ini (walopun belum 100). Entah obat yang mana yang berjasa menyembuhkanku, tapi entah mengapa aku sangat berterima kasih pada Pi Kang Shuang. Mungkin  otakku terlanjur tersugesti bahwa "obat yang gratisan"  itu tidak manjur, jadi yang manjur adalah yang dibeli dengan penuh keyakinan bahwa obat itu akan menyembuhkan (walopun harganya cuma  ribu).

19 November 2010

Konsep "Ehipassiko"

EHIPASSIKO : Datang dan buktikan sendiri

Janganlah menerima sesuatu berdasarkan desas desus,
Janganlah menerima sesuatu atas dasar tradisi,
Janganlah menerima sesuatu atas dasar kabar angin,
Janganlah menerima sesuatu hanya karena sesuatu itu tertera dalam kitab sucimu,
Janganlah menerima sesuatu hanya karena anggapan/perkiraan belaka,
Janganlah menerima sesuatu hanya karena kesimpulan belaka,
Janganlah menerima sesuatu hanya karena pertimbangan penampilan belaka,
Janganlah menerima sesuatu hanya karena sesuatu itu sesuai dengan pemahamanmu dari awal,
Janganlah menerima sesuatu hanya karena sesuatu itu dianggap bisa diterima,
Janganlah menerima sesuatu hanya karena sesuatu itu diucapkan oleh orang yang kita hormati,
Akan tetapi, setelah analisa dan penyelidikan yang cermat,
kalian menemukan sesuatu yang sejalan dengan, dan mengakibatkan kebaikan
serta baik untuk kepentingan satu dan semua,
maka terimalah ajaran tersebut dan
hiduplah sesuai ajaran tersebut.

(Kalama Sutta)

17 November 2010

Si Korban


PEMBALASAN PANGERAN VIRUDHAKA II

Bagian.2

Sang Buddha menjawab: “Suku Sakya adalah rakyatku, keluargaku. Aku duduk didepan sebatang pohon mati karena besarnya kesedihanku terhadapnya.” Merasa malu Virudhaka kembali ke istananya. Tetapi Sang Buddha menyadari bahwa orang-orang Sakya, menerima akibat karma mereka, dan akan segera dihancurkan oleh musuh mereka. Beliau lalu mendorong mereka semua agar melakukan perbuatan baik dan menjalani Dharma. Sehingga memungkinkan untuk menjadi Srotapana, Sakadagami dan Anagami.

Di istana, sebaliknya, putera menteri telah memprotes perihal kekalahan mereka kepada Virudhaka, dengan berkata: “Tidak mungkin kita akan dapat menghalau Suku Sakya dengan cara seperti ini. Kita harus memerangi mereka.” Lalu mereka kembali bergerak dengan bala tentara mereka.

Sebagai kepastian sementara, Sang Bhagavan mengutus Arya Maudgalyayana untuk melindungi Suku Sakya dari para prajurit tersebut. Pada peristiwa itu, Suku Sakya membuat kesepakatan bersama: “Kini karma masa lampau, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Sang Bhagavan, akan berbuah. Kita tak boleh terhasut, meskipun para tentara itu menantang kita. Biarlah ini yang menjadi ketentuan, atau diantara kita tak ada yang akan dapat lolos, bahkan juga tidak ada diantara kita yang tak pernah berbuat salah.”

Akan tetapi seorang Suku Sakya bernama Sambhaka, tanpa berunding dengan siapapun, menjadi marah dan menyerang pasukan Virudhaka, membunuh begitu banyak prajurit hingga Virudhaka dikalahkan serta mundur. Ketika Sambhaka kembali dari pertempuran, Suku Sakya yang telah dibatasi oleh aturan terhadap tantangan sangat kebingungan. Sambhaka bersama pengikutnya mendengarkan Dharma dari Sang Bhagavan, hingga akhirnya, setelah meminta kepada Sang Buddha beberapa rambutnya, mereka melarikan diri ke negeri Vatuta, membawa guntingan rambut Buddha bersama mereka. Disana mereka mendirikan sebuah stupa untuk menyimpan rambut tersebut.

Kembali Virudhaka mengerahkan balatentaranya, kali ini membunuh tujuh kali tujuh puluh ribu Suku Sakya. Menakhlukan limaratus orang tentara Sakya dengan pedang besi dan gajah, mereka membuat kota Sakya kosong, terlarang dan juga membawa seribu orang gadis Sakya. Meskipun Sang Bhagavan merasa sangat sedih dan berbelaskasihan pada peristiwa tersebut, beliau tak dapat mencegahnya.

Para bhiksu bertanya karma apakah yang telah menciptakan penghancuran seperti ini, Sang Buddha menjawab: “Dahulu kala, serombongan nelayan menangkap dua ekor ikan besar dari sungai, memotongnya dan kemudian memakannya. Kedua ekor ikan tersebut selanjutnya terlahir kembali sebagai perampok dan merampok orang Sakya, kemudian juga dibunuh secara beramai-ramai oleh orang-orang Sakya yang sama dengan cara dibakar di suatu tiang. Dua ikan tersebut sekarang menjadi Virudhaka dan menterinya, sehingga saling bekerjasama untuk mengambil kehidupan orang Sakya telah terjadi.”

Ketika Virudhaka kembali kenegerinya, Pangeran Jeta bertanya kepadanya mengapa ia begitu kejam dan tanpa perasaan membunuh begitu banyak Suku Sakya yang sama sekali tidak mengganggu negerinya. Dalam kemarahan yang memuncak, Virudhaka membunuh Pangeran Jeta. Virudhaka kini dikuasai oleh kesombongan kejahatan dan kekuatan, melampaui batas, para gadis Sakya yang malang, diperintahkan: “Potong tangan mereka!” Dari tangan-tangan mereka menciptakan sebuah kolam yang dikenal sebagai Kolam Hati Darah Tangan.

Para gadis memohon perlindungan kepada Sang Bhagavan, dan serombongan bidadari memandikan dan mengganti busana mereka. Para gadis tersebut lalu maninggal dan terlahir kembali sebagai dewa, dan Sang Bhagavan mengajari mereka Dharma.

Tentang sebab dan akibat karma mereka; Dahulu kala, para gadis itu merupakan pengikut Buddha Kasyapa. Mereka membuat persembahan dengan pikiran yang suci, akan tetapi resah dengan tangan mereka dan berbicara mengenai hal-hal demikian: “Jika kepala setuju, kaki juga setuju.” Demikianlah karma akibat dari mengucapkan hal-hal yang tidak beralasan.

Ketika itu Virudhaka mengutus orang untuk mencari tahu apa yang telah dikatakan oleh Sang Buddha. Mendengar Sang Buddha berkata kepada para bhiksu bahwa sang raja dan menterinya akan mati setelah tujuh hari oleh api, mata-mata tersebut kembali dan memberitahukan hal ini kepada rajanya.

Selama tujuh hari, raja dan menterinya berdiam didalam sebuah perahu besar ditengah sungai dan melarang penyalaan api apapun di ruangan mereka. Akan tetapi kediamannya yang dihiasi dengan kaca kristal, dan matahari yang menyinari kaca kristal tersebut menyebabkan perahu tersulut api serta terbakar seluruhnya, menghanguskan sang raja bersama menterinya. Demikianlah buah karma yang tak dapat dielakkan.

Selesai.


NASEHAT

Jika orang mempunyai jejak karma baik, pada saatnya akan bermanifesasi juga, bagaimanapun jalan serta prosesnya. Penampilan lahiriah seseorang, kulit tubuhnya, telapak tangannya,air mukanya, serta tanda-tanda pada tubuhnya, baik pria ataupun wanita, semua itu erat kaitannya dengan jejak karma masa lampau seseorang. Pun juga kebiasaan, tabiat serta cara pandang hidupnya.

Karma baik berasal dari tekad serta kemauan, kalau dirimu merasa kurang beruntung serta kurang-kurang lainnya, tepat kiranya untuk terus membuat karma-karma baik yang nyata melalui tubuh mu, ucapan mu, dan pikiranmu. Jangan lakukan yang sebaliknya. Sudah kurang baik karmanya, malah berbuat tidak baik. Dengan lebih banyak membuat karma baik meskipun keadaan mu kini mengecewakan, pada saatnya kekuatan kebajikan mu akan mengubahnya.

Senang mencela dan menghina bisa mengundang mala petaka, meski itu terhadap orang2 yang dianggap remeh dan rendah. Hargailah orang lain sepatutnya. Hapus kehendak untuk mencela dan menghina orang. Kekang pikiran negatif mu.

Kemarahan bisa berakibat panjang, penyesalan dan penderitaan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kendalikan emosimu, jangan turuti, tak ada hal baik yang akan kau dapat. Sejukan hatimu dengan nasehat kebajikan. Orang yang baik, tak mudah terhasut dan terpancing emosinya. Pertengkaran, permusuhan, perceraian rumah tangga, bahkan kekerasan juga karena amarah yang tak terkendali. Kuatkan kebjikan hati dengan cinta kasih, hanya cinta kasih dan kesabaran yang bisa mengalahkan api amarah.

Keyakinan akan hukum sebab akibat karma, akan membawa kebahagiaan yang besar jika disemai diladang metta karuna serta kesabaran.

PEMBALASAN PANGERAN VIRUDHAKA

Bagian.1

Sang Buddha kembali mengajarkan Dharma hukum sebab akibat karma kepada para makhluk yang terlatih.

Dahulukala di Kapilavastu, ibukota Sakya, terdapat seorang gadis pelayan dari bangsawan Sakya bernama Mahanama, pelayan tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik bernama Mallika, yang pintar, bijak dan baik hati. Pada suatu hari, dalam menjalankan tugas dari majikannya, Mallika pergi kesuatu hutan. Di sana ia melihat kedatangan Sang Buddha, dan seketika bangkit keyakinan yang sangat kuat kepada Sang Buddha. Mallika ingin melakukan persemahan, tetapi merasa bahwa dirinya tidak dapat mendekati Sang Buddha, karena dia hanyalah seorang gadis pelayan.

Sang Bhagavan mengetahui pikirannya dan meminta sedekah kepadanya. senang sekali, ia memberikan sedekah dan berdoa agar diberkati kebebasan dari hidup sebagai pelayan. Seorang brahmana sahabat ayahnya, yang juga seorang peramal, memandangnya dan berkata; “Puteri temanku, karena dirimu tak punya harta benda, kau harus hidup menjadi pelayan orang lain. Tapi kamu tak akan lama memikul beban ini. Kamu sungguh cantik dan menarik. Telapak tanganmu selembut bunga teratai surgawi, dan kamu mempunyai tanda chakra serta kail besi ditanganmu. Jelas sekali bahwa kamu akan menjadi seorang ratu.”

Tak lama setelah itu, Raja Prasenajit dari Kosala, pergi berburu rusa dihutan. Kudanya yang terbaik tak butuh waktu lama sudah membawanya sampai di Kapilavastu, dimana disitu raja melihat Mallika dan menjadi jatuh hati kepadanya. Raja membicarakan perihal Mallika pada Sakya Mahanama, yang telah memberinya busana terbaik dan permata seolah-olah ia merupakan anaknya sendiri, dan menghadiahkannya kepada sang raja. Raja Prasenajit bersama Mallika selanjutnya pergi bersama-sama dengan mengendarai gajah kerajaan.

Kini tentang Ratu Varsika, istri pertama sang raja, yang adalah seorang puteri yang sangat cantik laksana seorang bidadari. Menggandeng Mallika dengan tangannya, ia kagum pada kulit Mallika yang sehalus bunga teratai, dan juga kagum bahwa dia lebih cantik dari dirinya.

Sang Buddha berkata kepada para bhiksu: “Dahulukala, kedua permaisuri itu adalah istri dari seorang brahmana bernama Srutapara. Nama mereka adalah Kanta dan Sarika. Ketika itu Kanta mengundang seorang Pratyekabuddha kekediaman Srutapara dan menghormatinya selama tiga bulan. Setelah menyucikan dirinya dan melakukan persembahan kepada Pratyekabuddha tersebut, Kanta kini menjadi Varsika, yang secantik para bidadari. Sarika juga melakukan persembahan dengan berbagai persembahan yang manis, lembut serta bendah-benda indah lainya, dan kini dia menjadi Mallika, orang yang lembut bila disentuh.”

Mallika kemudian mempunyai seorang putera dari sang raja. Anak itu tumbuh menjadi cerdas, kuat dan pemberani sehingga kemudian dipanggil Virudhaka atau Yang Lahir Mulia. Dalam masa remajanya, ia berkawan bersama putera seorang menteri bernama Dirghacarayana, seorang anak yang juga sebaya dengan dirinya yang juga di kenal dengan nama Maturduhkha, mereka berdua menjadi sahabat karib. Pada suatu hari, mereka berdua bepergian diatas punggung kuda ke kota Sakya, yang mana orang-orang Sakya mentertawainya, mereka berteriak: “Lihatlah itu! Kita bersama dengan anak dari seorang gadis pelayan!” Terdorong oleh keinginan untuk membalas penghinaan tersebut, Virudhaka diam-diam merencanakan akan merebut singgasana kerajaan. Tak lama setelah itu, saat ayahandanya, Raja Prasenajit, pergi dari kota untuk mendengankan Sang Buddha mengajarkan Dharma, Virudhaka memerintahkan sahabatnya Dirghacarana, yang telah menjadi kusir sang raja, agar meninggalkan sang raja ditempat pengajaran dan segera kembali ke rumah tanpa membawa kereta. Virudhaka lalu merebut tahta.

Setelah Raja Prasenajit selesai menerima ajaran Dharma, ia mendapati kedua menterinya tersebut berikut keretanya telah pergi, sehingga sang raja kembali ke istana dengan berjalan kaki. Di perjalanan, sang raja bertemu dengan kedua orang istrinya, yang memberitahunya bahwa puteranya telah merebut tahta kerajaan. Berharap mendapatkan bantuan untuk mengatasi keadaan tersebut, sang raja memutuskan pergi bersama permaisuri Varsika ke Rajagriha, negeri sahabatnya Ajatasatru. Di perjalanan raja merasa sangat lapar dan memakan beberapa umbi-umbian. Hingga, setelah minum air, sang raja meninggal karena sakit perut.

Sementara itu, Raja Ajatasatru, mendengar bahwa sahabatnya telah datang, keluar untuk menyambutnya. Saat ia mendapati bahwa Raja Prasenajit telah meninggal, ia menjadi sangat terpukul. Saat itu juga Raja Ajatasatru pergi menemui Sang Buddha dan berkata: “Jika kami tak dapat membantu sahabat kami, lalu untuk apa memiliki sahabat bahkan juga kedudukan, jika ternyata semuanya tak berguna? Bagaimana mulanya hingga karma sahabat kami masak dengan jalan seperti ini?”

Sang Buddha menjawab: “Demikianlah, semua yang terbentuk tiada kekal. Itulah sebabnya sangat perlu bagimu untuk bermeditasi Samadhi ketenangan.

“Jauh dimasa lampau, seorang brahmana bernama Susarma, Sangat Bahagia, mendapat sebuah lobak. Telah menyerahkannya kepada ibunya untuk dibuat makan malam, ia lalu pergi kerumah pemandian didekatnya. Merasa lapar, ia pulang kerumah dan di jalan, ia melihat lobaknya berada didalam mangkuk pindapatra seorang Pratyekabuddha. Menganggap bahwa ibunya tentu telah memberikan lobak tersebut, seketika ia berkata kepada ibunya, “Dimana lobakku?” “Aku telah memberikannya kepada seorang Pratyekabuddha,” jawab ibunya, “dengan begitu kamu bisa turut beranumodana atas kebajikannya.” Sang brahmana menjadi sangat marah dan membentak, “Semoga sebuah lobak yang sama akan muncul dalam hidupku yang akan datang! Semoga ia tak dapat dicerna dan menyebabkan orang yang memakannya mati karenanya!”

“Orang yang benazar tersebut adalah Raja Prasenajit. Ia menjadi seorang raja berkat kebajikan dari orang lain (ibunya), akan tetapi karena masaknya kehinaan tersebut, ia tak dapat mencerna lobak dan meninggal.”

Sementara itu, Virudhaka bersama dengan para menterinya, keduanya tetap menyimpan dendam yang besar, mengumpulkan balatentaranya dan berbaris menuju ke kota Sakya. Sang Bhagavan, mengetahui hal ini, beliau duduk sendirian dihadapan sebatang pohon mati ditepi jalan. Virudhaka melihat Sang Buddha duduk disana, bersujud kepadanya, lalu berkata: “Mengapa Sang Bhagavan tidak duduk dibawah pohon yang teduh yang menyenangkan? Mengapa engkau duduk didepan sebuah pohon yang sudah mati?”

12 November 2010

Berlindung pada Tiratana


Kompetensi Dasar   : 4.4 Mengembangkan diri dan merealisasi pernyataan berlindung kepada Tiratana
Indikator                    :
·         Menjelaskan cara-cara pengembangan diri untuk berlindung pada Tiratana
·         Menjelaskan cara merealisasikan pernyataan berlindung pada Tiratana
·         Menyebutkan syarat-syarat menjadi umat Buddha



Syarat menjadi umat Buddha

Menjadi umat Buddha, syarat yang pertama sekali, bukan harus bisa membaca paritta dalam bahasa Pali, yang mungkin sukar untuk dibaca pertama kali. Bukan pula harus mempunyai altar dgn patung Buddha yang indah dirumah. Meskipun membaca paritta dan punya latar adalah suatu hal yang sangat baik. Yang pertama kali harus dilakukan adalah harus siap dan berani mengubah cara berfikir. Seorang umat Buddha akan ditandai dgn cara berfikir yang Buddhistis -- cara berfikir Dhamma -- adalah kita dihadapkan pada kenyataan yang 'telanjang' yang terus terang; kenyataan itu sering tidak cocok dgn selera kita. Namun dengan menghadapi kenyataan dengan apa adanya ini akan membuat kita menjadi dewasa dan bijaksana. Satu contoh, kalau kita mengidap penyakit, maka seorang umat Buddha harus mau mengakui bahwa diri kita sakit.
Dhamma mengajak kita untuk melihat kenyataan hidup dengan apa adanya, dengan terus terang, tanpa screen/tabir. Oleh karena itu, meskipun berat & pahit, kalau kita mau melihat kenyataan dan menerima kenyataan, maka kita akan berfikit secara dewasa dan sikap kita akan menjadi sikap yang bijaksana. Menutupi penyakit adalah sikap yang kekanak-kanakan; karena itu sikapnya, tindakannya, perbuatannya kemudian tidak akan bijaksana. Sehingga perbuatannya akan menghancurkan dirinya sendiri. Inilah gunanya beragama, terutama mengenal Dhamma. Kita ditantang, diminta kesanggupan kita -- bukan hanya kesanggupan untuk menyumbang vihara. Bukan pula kesanggupan untuk menghafal paritta. Tetapi kesanggupan untuk MENGUBAH cara berfikir dan kesanggupan untuk berani melihat kenyataan sebagaimana adanya; sehingga sikap, tindakan & prilaku kita menjadi dewasa dan bijaksana.

Makna Berlindung kepada Tiratana


Kompetensi Dasar   : 4.2 Menjelaskan makna  berlindung kepada Tiratana
Indikator                    :
·         Menjelaskan makna berlindung kepada Buddha
·         Menjelaskan makna berlindung kepada Dhamma
·         Menjelaskan makna berlindung kepada Sangha
·         Menjelaskan Tiratana sebagai soko guru agama Buddha
·         Menjelaskan aspek berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha

BUDDHA, DHAMMA DAN SANGHA ATAU TIRATANA ADALAH MANIFESTASI, PERWUJUDAN, PENGEJA­WANTAHAN DARI TUHAN YANG MAHAESA DALAM ALAM SEMESTA INI, YANG DIPUJA DAN DIANUT OLEH SELURUH UMAT BUDDHA DI DUNIA IN!.
·         AKU BERLINDUNG KEPADA BUDDHA
Di samping kita berlindung kepada Buddha Gotama yang merupakan Buddha yang sekarang (Paccupanna-Buddha), kita juga berlindung kepada Buddha-Buddha yang telah lampau (Atita-Buddha) dan Buddha-Buddha yang akan datang (Anagata-Buddha).
Aku berlindung kepada Sang Buddha, hingga tercapainya Nibbana.
Kepada para Buddha yang lampau,
Kepada para Buddha yang akan datang,
Kepada para Buddha yang sekarang ini,
Setiap hari aku menyampaikan hormatku,
Aku tidak mencari perlindungan lain,
Sang Buddha Pelindungku yang tiada bandingannya,
Semoga demi kebenaran dalam kata-kata ini,
Kebahagiaan dan kejayaan menjadi bagianku,
Secara hidmat dengan menundukkan kepala,
Pada kaki Yang Maha Suci, aku menghormati Beliau.
3 Jenis Buddha (Buddha 3) :
1.  Sammasam-Buddha:
Seseorang yang mencapai Penerangan Sempurna atau tingkat ke-Buddhaan dengan kekuatan sendiri tanpa bantuan makhluk lain, dan mampu memberi­kan pelajaran pada umat manusia dan para dewa.

2.  Pacceka-Buddha:
Seseorang yang mencapai Penerangan Sempurna atau tingkat ke-Buddhaan dengan kekuatan sendiri tanpa bantuan makhluk lain, tetapi tidak mampu memberikan pelajaran pada umat manusia dan para dewa.


3.  Anu-Buddha atau Savaka-Buddha:
Seseorang yang mencapai Penerangan Sempurna atau tingkat ke-Buddhaan setelah melaksanakan Ajaran Sammasam-Buddha.

·         AKU BERLINDUNG KEPADA DHAMMA
Di samping kita berlindung kepada Dhamma yang sekarang (Paccuppanna-Dhamma), kita juga berlindung kepada Dhamma yang telah lampau (Atita DhamIria) dan Dhamma yang akan datang (Anagata-Dhamma).
Aku berlindung kepada Sang Dhamma, hingga tercapai Nibbana.
Kepada Dhamma yang lampau,
Kepada Dhamma yang akan datang,
Kepada Dhamma yang sekarang ini,
Setiap hari aku menyampaikan hormatku.
Aku tidak mencari perlindungan lain,
Sang Dhamma Pelindungku yang tiada bandingannya,
Semoga demi kebenaran dalam kata-kata ini,
Kebahagiaan dan kejayaan menjadi bagianku
Secara hidmat dengan menundukkan kepala,
Aku menghormati Dhamma Tiga Masa yang Agung.

3 Jenis Dhamma (Dhamma 3) :
1. Pariyatti-Dhamma:
Belajar Dhamma- Vinaya secara tekun.
2. Patipatti-Dhamma:
Melaksanakan Dhamma- Vinaya dalam kehidupan sehari-hari secara baik.
3. Pativedha-Dhamma:
Penembusan, yaitu menganalisa kejadian hidup ini dengan melaksanakan Vipassana- Bhavana sehingga mencapai Nibbana.
·         AKU BERLINDUNG KEPADA SANGHA
Di samping kita berlindung kepada Sangha yang sekarang (Paccuppanna-Sangha), kita juga berlindung kepada Sangha yang telah lampau (Atita-Sangha) dan Sangha yang akan datang (Anagata-Sangha).
Aku berlindung kepada Sang Sangha, hingga tercapai Nibbana.
Kepada Sangha yang lampau,
Kepada Sangha yang akan datang,
Kepada Sangha yang sekarang ini,
Setiap hari aku menyampaikan hormatku.
Aku tidak mencari perlindungan lain,
Sang Sangha Pelindungku yang tiada bandingannya,
Semoga demi kebenaran dalam kata-kata ini,
Kebahagiaan dan kejayaan menjadi bagianku.
Secara hidmat dengan menundukkan kepala,
Aku menghormati Sangha Tiga Masa yang Agung.
2 jenis Sangha (Sangha 2) :
1. Sammuti-Sangha:
Persaudaraan Bhikkhu Biasa, para bhikkhu yang belum mencapai kesucian.
2. Ariya-Sangha:
Persaudaraan Bhikkhu Suci, para bhikkhu yang telah mencapai kesucian, yaitu tingkat-tingkat kesucian Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Arahat.
“BERLINDUNG KEPADA SANGHA” adalah dimaksudkan kita berlindung kepada Ariya-Sangha (Persaudaraan Bhikkhu Suci) dan kita tidak berlindung kepada Sammuti­Sangha (Persaudaraan Bhikkhu Biasa), hanya menghormati para beliau karena mengemban Amanat Sang Buddha Gotama sebagai Pelindung dan Penyebar Dhamma.
Tisarana adalah ungkapan keyakinan (saddhft) bagi umat Buddha. Saddha yang diungkapkan dengan kata “berlindung” itu mempunyai tiga aspek :
  1. Aspek kemauan: Seorang umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan penuh kesadaran, bukan sekedar sebagai kepercayaan teoritis, ad at kebiasaan atau tradisi belaka. Tiratana akan benar-benar menjadi kenyataan bagi seseorang, apabila ia sungguh-sungguh berusaha men­capainya. Karena adanya unsur kemauan inilah, maka saddha dalam agama Buddha merupakan suatu tindakan yang aktif dan sadar yang ditujukan untuk mencapai pembebasan, dan bukan suatu sikap yang pasif, “menunggu berkah dari atas”.
  2. Aspek pengertian: Ini mencakup pengertian akan perlunya Perlindungan, yang memberi harapan dan menjadi tujuan bagi semua makhluk dalam samsara ini, dan pengertian akan adanya hakekat dari perlindungan itu sendiri.
  3. Aspek perasaan : Yang berlandaskan aspek pengertian di atas, dan mengandung unsur-unsur keyakinan, pengabdian dan cinta kasih. Pengertian akan adanya Perlindungan memberikan keyakinan yang kokoh dalam diri sendiri, serta menghasilkan ketenangan dan kekuatan. Pengertian akan perlunya Perlindungan mendorong pengabdian yang mendalam kepada-Nya, dan pengertian akan hakekat Perlindungan memenuhi bathin dengan cinta kasih kepada Yang Maha Tinggi, yang memberikan semangat, keha­ngatan dan kegembiraan.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa “berlindung” dalam agama Buddha berarti : “Suatu tindakan yang sadar yang bertujuan untuk mencapai pembebasan, yang berlandaskan pengertian dan didorong oleh keyakinan”. Atau secara singkat: “Suatu tindakan sadar dari pada keyakinan, pengertaian dan pengabdian”.
Ketiga aspek dari pada “berlindung” ini sesuai dengan aspek kemauan, aspek pengertian dan aspek perasaan dari bathin manusia. Oleh karena itu untuk mendapatkan perkembangan bathin yang harmonis, ketiga aspek ini harus dipupuk bersama-sama.
Berlindung kepada Tiratana sebagai peng~capan kata-kata belaka tanpa dihayati, berarti kemerosotan dari suatu kebiasaan kuno yang mulia. Perbuatan demikian melenyapkan makna dan manfaat dari Perlindungan. Berlindung kepada Tiratana seharusnya merupakan ungkapan dari suatu dorongan bathin yang sungguh-sungguh, seperti seorang yang apabila melihat suatu bahaya besar akan bergegas mencari perlindungan. Orang yang melihat rumahnya terbakar, tidak akan memperoleh keselamatan hanya dengan memuja keamanan dan kebebasan di luar tanpa bertindak untuk mencapainya.
Tindakan pertama ke arah keselamatan dan kebebasan ialah dengan “berlindung” secara benar, yaitu suatu tindakan sadar daripada keyakinan, pengertian dan pengabdian.
  • BUDDHA, sebagai perlindungan pertama, mengandung arti bahwa setiap orang mempunyai benih kebuddhaan dalam dirinya, bahwa setiap orang dapat mencapai apa yang telah dicapai oleh Sang Buddha Gotama “Seperti sayalah para penakluk yang telah melenyapkan kekotoran bathin” (Ariyapariyesana Sutta, Majjhima Nikaya). Sebagai Perlindungan, Buddha bukanlah pribadi Pertapa Gotama, melainkan para Buddha sebagai manifestasi daripada Bodhi (Kebuddhaan) yang mengatasi keduniawian (lokuttara).
  • DHAMMA, sebagai perlindungan kedua, bukan berarti kata-kata yang terkandung dalam kitab suci atau konsepsi ajaran yang terdapat dalam bathin manusia biasa yang masih berada dalam alam keduniaan” (lokiya), melainkan “Empat Tingkat Kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Anagami, dan Arahat) beserta Nibbana” yang dicapai pada akhir jalan.
  • SANGHA, sebagai perlindungan ketiga, bukan berarti kumpulan para bhikkhu yang anggota-anggotanya masih belum bebas dari kekotoran bathin (bhikkhu sangha), melainkan Pasamuan Para Bhikkhu Suci yang telah mencapai tingkat-tingkat Kesucian (Ariya Sangha). Mereka ini menjadi teladan yang patut dicontoh. Namun landasan sesungguhnya dari Perlindungan ini ialah kemampuan yang ada pada setiap orang untuk mencapai tingkat-tingkat kesucian itu.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha dalam aspeknya sebagai Perlindungan mempunyai sifat mengatasi keduniaan (lokuttara). Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha merupakan manifestasi daripada Yang Mutlak, Yang Esa, yang menjadi tujuan terakhir semua makhluk. Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai Tiratana adalah bentuk kesucian tertinggi yang dapat ditangkap oleh pikiran manusia biasa, dan oleh karena itu diajarkan sebagai Perlindungan yang Tertinggi oleh Sang Buddha.

Popular Posts