Ngaturaken ►►Namo Buddhaya Selamat Datang Welcome Sugeng Rawuh di Blog Sederhana ini_/|\_Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

12 November 2010

Manifestasi Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa


Kompetensi Dasar   : 2.4 Menjelaskan manifestasi keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Indikator                    :
·         Menjelaskan fungsi keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
·         Menyebutkan sifat-sifat ketuhanan dalam dirinya sebagai wujud manusia berketuhanan
·         Menjelaskan bahwa keyakinan terhadap Tuhan  juga termasuk keyakinan terhadap kebenaran mutlak


Bagaimana umat Buddha memiliki Keyakinan dalam hidupnya ? Bagaimana Umat Buddha menempatkan Tuhan dalam hidupnya ? Lalu Siapakah Buddha itu Sebenarnya ?
Pertanyaan-Pertanyaan seperti ini sering muncul dalam benak kita, apalagi kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang beragama lain, bahkan di dalam keluarga kita sendiri mempunyai keyakinan yang berbeda. Lalu bagaimana kita sebagai umat Buddha menjawab Pertanyaan tersebut di atas?
 Ini merupakan Rahasia  yang mengusik keinginan tahu dan membentuk segala harapan manusia pada umumnya. Dengan akalnya Manusia melahirkan ilmu, tetapi akal tidak selalu berhasil menyingkap semua rahasia. Ketika manusia sampai pada batas kemampuan rasionalnya, apalagi saat menghadapi penderitaan, kesulitan dan ketakutan, Ia terbuka untuk hal-hal yang bersifat suprarasional.
 Sang Buddha mengajarkan agama yang bebas dari otoritas penguasa, dan menolak ketergantungan manusia pada kekuatan di luar dirinya sendiri.  Keyakinan seharusnya timbul dan berkembang bukan karena rasa takut, tetapi karena memiliki pengertian yang benar. Agama Buddha tidak megenal dikotomi, antara akal dan iman. Iman yang bertentangan dengan akal sehat tak ada bedanya dengan Takhyul.
 Keyakinan yang dinamakan Sadha adalah  iman atau kepercayaan yang berdasarkan Kebijaksanaan.  Apa yang diajarkan Sang Buddha sebagai kebenaraan mutlak, bukan sesuatu yang masih diragukan. Tetapi Agama Buddha tidak dimulai dengan iman yang buta atau tanpa dasar. Setelah penyelidikan awal orang dapat mengembangkan dan menguji melalui pengalaman pribadi, iman seperti ini disebut iman yang rasional. Seseorang yang kuat dalam keyakinan tetapi lemah dalam kebijaksanaan akan memiliki keyakinan yang fanatik dan tanpa dasar. Keyakinan yang kuat bukan berarti sebatas percaya. Begitu kita dapat melihat sendiri dengan Jelas, pada saat itu pula tidak ada lagi persoalan percaya atau tidak percaya. Dalam ajaran agama Buddha yang bersifat Ehipassiko, yang selalu kita temukan adalah melihat dan membuktikan, sehingga keyakinan memiliki kepastian, bukan percaya kepada sesuatu yang belum jelas benar.
 Sariputra memberi kesaksian bagaimana seseorang dapat memiliki keyakinan yang sempurna kepada Tathagata dan tidak meragukan ajaran-Nya. “ Keyakinan diuji dengan mengendalikan indra, Dengan keyakinan ini, semangat kesadaran, konsentrasi dan kebijaksanaan berkembang terus menerus.  Sebelumnya aku hanya mendengar hal-hal ini, sekarang aku hidup dengan mengalaminya sendiri kini dengan pengetahuan yang dalam aku menembusnya dan membuktikan secara Jelas.
 Ganaka Moggallana bertanya kepada Sang Buddha, kalau ada Nirwana, ada jalan untuk mencapainya, Ada Buddha sebagai Gurunya, Kenapa tidak semua orang berhasil mencapai Nirwana ? Sang Buddha membalas bertanya, Apakah Brahamana itu tahu jalan ke Kota Rajagaha ? Sang Brahmana tahu, tentu karena sering pergi ke kota itu. Kalau orang-orang bertanya tentang jalan ke kota Rajagaha, Ia bisa memberi petunjuk dengan benar, tetapi kenapa tidak semua orang yang mendapat petunjuk itu tiba di Rajagaha ?
 Ganaka Mogallana menjawab, Ia hanya menunjukan jalan, dan hasilnya jelas tergantung kepada orang yang mendapat petunjuk. Orang boleh Percaya tetapi jika Ia tidak menempuh jalan itu sendiri tidak akan sampai ke tempat tujuan dan orang yang menyimpang dari petunjuk tentu akan tersesat Jalan.
 Ketika Brahmana Pingiyanin ditanya mengenai keyakinanya terhadap Buddha, antara lain ia membandingkan Buddha dengan seorang dokter, seperti seorang dokter yang pandai dalam waktu singkat menyembuhkan penyakit dan melenyapkan penderitaan seorang Pasien. Boleh saja orang percaya bahwa dokter itu benar ahli, obatnya manjur, tetapi hanya percaya saja jelas tidak bermanfaat yang menjadi persoalan adalah apakah si pasien mau menaati petunjuk dokternya dan mengunakan obatnya dengan benar. Seorang pasien boleh jadi tidak perlu mengetahui siapa dokternya, yang penting ia mendapatkan obat yang tepat dan sembuh, seperti halnya Pukusati, yang mendapat manfaat dari ajaran Sang Buddha sebelum Ia mengenal Sang Buddha.
 Setiap orang memiliki kebebasan untuk mempertimbangkan dan menentukan keyakinannya sendiri. Dia beriman bukan karena dipengaruhi oleh orang lain. Keyakinan atau kepercayaan adalah kekayaan yang terbaik. Orang yang tak tergoyahkan keyakinannya dan mempunyai kebajikan yang dihargai orang-orang mulia, akan melaju dan mencapai pantai seberang. Seperti bayangan, perbuatan yang didasarkan pada Keyakinan takkan pernah meninggalkan orang yang terlahir kembali di alam Surga atau alam Manusia

No comments:

Popular Posts